Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Bermakna Sebelum Kematian

5 Juni 2023   09:33 Diperbarui: 5 Juni 2023   09:47 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di sebuah kota yang ramai, hiduplah seorang pria bernama Alex. Ia memiliki segalanya yang dianggap orang banyak sebagai kebanggaan hidup: badan kekar, gaya hidup sehat, penghasilan melimpah, dan pasangan hidup yang cantik. Alex selalu merasa bangga dengan apa yang telah dicapainya, dan ia merasa tak ada yang bisa menghentikannya.

Namun, suatu hari, segala kebanggaan dan kepercayaan diri Alex terguncang. Ia tiba-tiba jatuh sakit dengan penyakit yang tidak bisa diatasi oleh kebugaran dan kekayaannya. Semua usaha yang ia lakukan untuk menjaga tubuhnya dalam kondisi prima, seolah tak berarti apa-apa. Kekuatannya menipis, dan ia merasakan kehilangan yang besar.

Saat menjalani pengobatan, Alex bertemu dengan banyak orang yang juga menghadapi kondisi kesehatan yang serius. Di ruang tunggu rumah sakit, ia melihat berbagai macam sosok: orang yang dulu membanggakan kekayaannya kini tidak dapat membayar perawatan medis yang dibutuhkannya, orang yang dulu memiliki kekuasaan dan jabatan tinggi sekarang hanya dapat berbaring lemah di tempat tidur, dan ada juga yang merasa kesepian meskipun dikelilingi harta dan materi.

Melalui pengalaman yang mengejutkan itu, Alex menyadari kelemahan hidupnya yang selama ini tidak pernah ia pikirkan. Kepada sahabatnya, Alex mengatakan dengan rendah hati, "Kita tidak bisa meramalkan takdir kita. Hidup sehat, tubuh kekar, kekayaan, jabatan, atau bahkan memiliki pasangan yang cantik bukanlah ukuran kebahagiaan atau keberhasilan sejati. Yang penting adalah bagaimana kita menjalani hidup ini."

Alex memutuskan untuk merenung dan memperbaiki diri. Ia belajar untuk menghargai setiap momen dan mengasihi sesama tanpa memandang status atau harta. Ia memilih untuk melakukan kebaikan dan berbuat baik kepada orang lain, karena tidak ada yang tahu kapan panggilan Tuhan akan datang.

Hidup Alex berubah menjadi lebih bermakna. Ia mengunjungi anak yatim piatu dan membantu mereka mendapatkan pendidikan yang layak. Ia menyumbangkan sebagian kekayaannya untuk membantu panti asuhan dan rumah sakit.

Alex menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari kepemilikan materi, tetapi dari rasa damai dalam hati saat kita bisa berbuat baik kepada orang lain.

Suatu hari, ketika Alex berjalan-jalan di taman, ia tiba-tiba merasakan kehadiran yang ajaib. Di balik semak-semak yang rimbun, seorang anak kecil tersenyum padanya. Alex merasa ada yang spesial tentang anak itu, dan ia mendekatinya.

Anak itu berkata, "Terima kasih, Paman Alex, karena telah membantu orang-orang yang membutuhkan. Kau telah memberikan kebahagiaan bagi banyak orang."

Alex tersentuh oleh kata-kata anak itu. Ia menyadari bahwa hidupnya telah berubah menjadi lebih berarti. Ia telah belajar bahwa kebanggaan sesungguhnya tidak terletak pada hal-hal yang bisa hilang sewaktu-waktu, tetapi pada bagaimana kita mempengaruhi kehidupan orang lain dan memberikan dampak positif.

Sejak saat itu, Alex hidup dengan rendah hati dan penuh kasih. Ia tidak lagi membanggakan apa yang dimilikinya, tetapi berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun