Mohon tunggu...
Mentari Pagi Berau
Mentari Pagi Berau Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Peace for all

Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gotong Royong, Nilai Sosial Budaya yang Harus Selalu Dirawat

4 Februari 2020   21:46 Diperbarui: 4 Februari 2020   21:50 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gotong royong, atau bekerja bersama-sama untuk menuju satu kondisi ideal yang diinginkan, saling nyengkuyung -istilah dalam Bahasa Jawa- adalah salah satu hal yang selalu diunggulkan dan menjadi identitas tersendiri bagi Bangsa Indonesia. 

Ide mengenai gotong royong sudah tidak bisa lagi dilacak secara historis kapan mulai dilakukan, dan dengan proses seperti apa. Namun yang jelas ketika masa revolusi, upaya upaya 'kerja bersama' ini semakin sering ditonjolkan dan dilakukan. Tentu sangat terang penyebabnya adalah karena ada musuh bersama dan ada satu tujuan yang ingin dicapai, yakni kemerdekaan seutuhnya.

Dalam ideologi negara pun, gotong royong bisa kita temukan dalam sila nomor tiga dan empat, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Menunjukkan bahwa secara legal, nilai mengenai aktivitas dan upaya ini adalah sesuatu yang penting dan patut untuk terus dilakukan. 

Mengingat juga Indonesia terdiri dari jenis manusia yang sangat banyak dan beragam (data statistik dari sensus penduduk terakhir menunjukkan penduduk Indonesia telah menyentuh angka 264,2 juta jiwa), maka sepatutnyalah individu-individu sebanyak itu untuk terus hidup dengan 'organik' dan tidak meninggalkan satu dengan lainnya. 

Tujuan lain adalah karena negara kita masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan, seperti kemiskinan dan juga ketimpangan pendidikan. Hal-hal tersebut tentu tidak bisa jika diselesaikan sendirian, perlu gotong royong, upaya dari banyak pihak, dengan satuan terkecil keluarga, kemudian kampung, RT, RW dan seterusnya.

Nilai-nilai gotong royong di berbagai daerah di Indonesia banyak diserukan di tengah satuan kumpulan masyarakat terkecil, yakni kampung. Seperti contoh, di Kampung Sukan Tengah, Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau. Dahulu kampung ini sempat dikenal sebagai kampung tertinggal, meski begitu kini telah berubah 180 derajat. Hal ini bisa terjadi lantaran adanya upaya dari warga di sana yang terus menerus bersama-sama bekerja membangun desa, bangkit dari kondisi yang kurang menguntungkan dan mengenakkan.

Pada akhir 2019 silam, untuk semakin mengukuhkan kondisi Kampung Sukan Tengah, dicanangkanlah program Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) ke-XVI. Gerakan ini sebetulnya telah direncanakan sejak beberapa tahun lalu, namun baru direalisasikan saat itu di Kampung Sukan Tengah. 

Bupati Berau, H. Muharram yang saat itu hadir dalam pengukuhan program menyatakan rasa bangganya terhadap nilai gotong royong yang dipegang Kampung Sukan Tengah dan berharap agar gotong royong tidak berhenti ketika akan ada program BBGRM saja, tapi seterusnya. 'Sejak zaman dahuu, gotong royong telah ditanamkan oleh para pendahulu, dan sampai sekarang masih terus relevan, sehingga mari kita rawat dan lakukan' ungkap beliau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun