Mohon tunggu...
Mena Oktariyana
Mena Oktariyana Mohon Tunggu... Penulis - a reader

nevermore

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Nina Si Bule Kampung

23 Januari 2020   08:15 Diperbarui: 23 Januari 2020   08:20 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.art.com/

Setiap jam 5 pagi, Nina si murid kelas 4 itu kabur dari rumah demi menghindari agar tidak masuk sekolah.

Nina Kasmidi berusia 9 tahun waktu dia divonis dukun mengidap gangguan mental yang disebabkan oleh makhluk halus. Semua berawal di suatu pagi di Desa Tajug. 

Nina bangun dari tidurnya pada jam 4 pagi, dia mengendap-mengendap untuk keluar dari pintu belakang rumah sambil membawa sarung yang kemudian ia gunakan untuk melindungi dirinya dari dinginnya udara subuh. 

Dia berjalan pelan menuju kebun salak di belakang rumah. Setelah masuk ke dalam kebun salak yang luasnya tidak seberapa itu, dia mencari spot terbaik untuk duduk. 

Kemudian dia sembunyi di balik pohon-pohon salak itu sambil menatap bintang-bintang di langit bertemankan sarung dan bau tinja dari got samping kebun.

Dua jam kemudian, terdengar teriakan dari dalam rumah yang berasal dari mulut Meylani, ibu Nina yang berteriak-teriak memanggil putri bungsunya di segala penjuru rumah. 

Tak ketinggalan Neno, yang ikut mencari adiknya di kolong-kolong tempat tidur, meja, dan kursi. Neno yang sudah bangun kesiangan enggan melanjutkan pencarian adiknya. Ia kemudian memakai sepatu dan berpamitan untuk berangkat sekolah.

Beberapa jam berikutnya, Nina masih belum pulang. Merasa khawatir, Paman, Uak, dan anak-anak mereka yang tinggal di samping rumah ikutan mencari. Kasmidi, bapak Nina, sudah mulai kesal. Gara-gara anak bungsunya itu dia jadi terlambat bekerja sebagai kuli di pasar.

"Ke mana si anak ini?" katanya. "Apa kamu omelin dia semalam sampai kabur begini?" tuduh Kasmidi kepada Meylani.

"Jangan sembarangan kamu kalau ngomong, aku enggak apa-apain itu anak," Meylani tidak terima.

Beberapa saat kemudian, Solihin, sepupu Nina berteriak dari kebun salak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun