Mohon tunggu...
Mena Oktariyana
Mena Oktariyana Mohon Tunggu... Penulis - a reader

nevermore

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

[Journal] "The New Utopia" by Jerome K. Jerome

14 Agustus 2019   12:47 Diperbarui: 14 Agustus 2019   13:09 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: kobo.com

Selalu menyenangkan untuk membaca karya sastra dystopia. Terkadang banyak yang membuat saya geleng-geleng kepala, bukan karena pegel dan mau meregangkan otot, tapi saya begitu takjub dengan ide-ide cerdas yang dituangkan kedalam sebuah cerita berbentuk dunia dystopia. 

Kadang dunia itu begitu indah dan maju dengan segala kelengkapan teknologinya, tapi tersembunyi kehancuran dan sistem pemerintahan yang tumpang tindih di mana-mana. 

Sekilas saya ingin jadi bagian dari keindahan yang palsu itu. Sebut saja novel dystopia moderen sekelas Ready Player One, sekilas dunia itu menyengangkan di mana kita bisa memasuki dunia virtual reality super menawan. Atau mungkin The Hunger Games atau Divergent, sebuah dunia masa depan yang pada akhirnya kembali lagi ke konsep dystopia itu sendiri "not-good place" bukan tempat yang bagus, berisi kehancuran, dan kebobrokan dimana-mana. 

Sebenarnya apa yang akan saya tulis di sini bukan tentang dystopia, melainkan Utopia alias kebalikannya (dunia yang harmonis, sempurna, dan tanpa kesenjangan). Nama Jerome K. Jerome tidak begitu familiar di telinga saya, bahkan saya hampir tidak bisa menemukan ulasan atau jurnal yang membahas tentang karya beliau. 

Hal ini juga yang membuat saya semakin penasaran. Inti dari cerita cerpen ini sebenarnya hampir senada dengan cerpen 2BRO2B karya Kurt Vonnegut, di mana dunia mereka sempurna dalam segala hal, tidak ada kesenjangan sosial, hidup yang harmonis, teknologi super maju, dan segala jenis kehidupan yang menjadi trademark negeri UTOPIA. 

Karakter "I" adalah narator didalam cerpen The New Utopia, seorang pemuda yang menunjukkan saya kota London di abad ke 29.  Singkat cerita "I" telah ditemukan tertidur selama seribu tahun lamanya. The Old man yang merupakan seorang guide (pegawai pemerintahan) dengan senang hati menawarinya untuk  berkeliling kota London saat "I" terbangun dengan muka kebingungan. 

The Old man menjelaskan panjang lebar tentang London yang sudah berubah menjadi  "negara" masa depan yang super "setara" dalam semua aspek kehidupan. "Kesetaraan", "Egalitarianisme", dan "Sosialisme" adalah poin utama yang membentuk London di abad ke 29. Jujur saya bingung bagaimana menjelaskan asas-asas kesetaraan yang mereka pegang, tapi saya akan meringkasnya dalam bentuk point-point penting di bawah ini:

1. Lelaki dan perempuan memakai pakaian berwarna abu-abu yang sama persis. Rambut mereka dicat warna hitam, dengan potongan rambut pendek model laki-laki. Karena itulah jika kita menginjakkan kaki disana sebagai pelancong, kita tidak akan bisa membedakan mana perempuan dan mana yang laki-laki.

Untuk membedakannya mereka dinomori di bagian kerah baju, angka genap untuk perempuan dan ganjil untuk laki-laki. Alasannya adalah untuk kesetaraan. Begini, negara tidak memberlakukan "nama", karena akan ada kecenderungan bahwa orang bernama Jane akan merendahkan orang lain yang bernama Saritem, orang bernama John bisa jadi merendahkan mereka yang bernama Jono, dan menurut OLd Man itu bukanlah bentuk kesetaraan. 

Kalau kalian kritis seperti si "I", kalian tentu akan bertanya "Apa mereka tidak akan merendahkan yang memiliki nomor kecil, seperti si nomor 1.000.000 akan merendahkan si nomor 20, atau si nomor 30 merasa iri dengan si nomor 2.000." Dengan alasan inilah Old man menjelaskan bahwa mereka juga menghapuskan "kekayaan" di negara tersebut, sehingga "number lost their values" (angka sudah kehilangan nilainya). Jadi tidak ada yang lebih kaya dari si ini dan si itu, atau sebaliknya karena kembali lagi ke asas "Kesetaraan".

2. Jam mandi yang sudah ditentukan. Jangan membayangkan orang-orang disana mandi 3x sehari, itu sungguh dilarang. Mereka hanya mandi 2x sehari (mending ya daripada cuma sekali). Dan negaralah yang akan memandikan mereka, bukan diri mereka sendiri. The Old man menjelaskan, jika mereka mandi seenaknya sendiri itu melanggar asas "kesetaraan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun