Mohon tunggu...
Menah komalasari
Menah komalasari Mohon Tunggu... Freelancer - NEWBIE

NEWBIE

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komik Sebagai Media Pembelajaran FPB dan KPK Pada Sekolah Dasar

23 Agustus 2019   16:17 Diperbarui: 23 Agustus 2019   16:32 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Selama ini masih banyak orang yang menganggap bahwa matematika tidaklah lebih dari sekedar berhitung dan bermain dengan rumus dan angka-angka. Mereka mempelajari matematika lebih jauh di sekolah dan perguruan tinggi kelak. Namun, sebagaimana halnya musik bukan sekedar bernyanyi. Matematika bukan sekedar berhitung atau berkutat dengan rumus-rumus dan angka-angka. Matematika menuntut pula kemampuan berpikir eksploratif dan kreatif.

Adanya tuntutan kurikulum mengakibatkan pelajaran matematika masih terfokus pada teori sehingga peserta didik menjadi kurang kreatif, terlalu formal dan masih terpaku dengan rumusan baku. 

Rendahnya mutu pendidikan ini mungkin karena pengajaran disajikan masih dalam bentuk yang kurang menarik, sehingga terkesan angker, sulit, dan menakutkan sehingga peserta didik sering tidak menguasai konsep dasar yang terkandung dalam materi pelajaran matematika yang dapat mengakibatkan kesalahan fatal terhadap keberhasilan belajar peserta didik sehingga hasil belajar peserta didik menjadi rendah.

Menurut Muliawan (2012: 51), "matematika yang dipelajari di sekolah termasuk ilmu pengetahuan murni yang mengandalkan angka-angka, simbol, dan lambang". Pada umumnya selama ini pembelajaran matematika lebih difokuskan pada aspek komputasi yang bersifat algoritmik. 

Tidak mengherankan bila berdasarkan berbagai studi menunjukan bahwa peserta didik pada umumnya dapat melakukan berbagai perhitungan matematika, tetapi kurang menunjukan hasil yang menggembirakan terkait penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu masalah penting dalam pembelajaran matematika adalah rendahnya kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematika yang dikemas dalam bentuk soal, yang lebih menekankan pada pemahaman dan penguasaan konsep suatu pokok bahasan tertentu. 

Selain itu hasil dari hasil dilapangan diperoleh gambaran bahwa proses pembelajaran belum secara optimal, mempertimbangkan karakteristik peserta didik, dan tujuan pendidikan yang kurang memperhatikan konsep awal peserta didik sebelum pengajaran. 

Pembelajaran matematika yang berlangsung secara tradisional hanya meletakkan guru sebagai pusat belajar bagi peserta didik. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan usaha sadar yang dimiliki oleh seorang pendidik untuk mendidik peserta didiknya, dengan demikian mampu mengarahkan melalui interaksi peserta didik dengan sumber belajar lainnya, dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari pendidik tersebut. Dapat dilihat lebih jelas bahwa pembelajaran merupakan suatu interaksi antara dua arah, yaitu dari seorang pendidik dan peserta didik, dimana keduanya itu terjadi melalui komunikasi yang baik dan terarah dapat menghasilkan suatu target yang sebelumnya telah ditetapkan. Sumber belajar yang dapat digunakan oleh peserta didik yaitu media.

Menurut sadiman (dalam Ali Mudlofir dan Evi Fatimatur) media pembelajaran merupakan hal yang penting sebagai penghubung ataupun pengantar pesan dari pendidik ke peserta didik, sehingga dengan adanya media dalam proses pembelajaran dapat merangsang pikiran, dan minat serta perhatian peserta didik dengan demikiam proses belajar terjadi dengan efektif. Media sebagai sarana yang membantu para pendidik, media dalam proses pembelajaran berupa alat fisik yang dapat menyajikan sebuah pesan serta merangsang pikiran peserta didik untuk belajar, alat-alat tersebut bisa berupa media grafis.

Media grafis sebagai salah satu dari media yang dapat mengkomunikasikan sebuah kenyataan-kenyataan dan pikiran-pikiran secara lebih jelas melalui perpaduan antara yang mengungkapkan kata-kata dan gambar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik. Dalam era pembelajaran pada zaman yang semakin maju saat ini, bahwa kehadiran media pembelajaran sesuatu yang bisa dikatakan baik untuk pendidik. Sebagai    seorang    pendidik    yang    berpotensi    harus    dapat    membuat  dan memanfaatkan media secara baik agar menarik perhatian dan minat belajar peserta didik. Media pembelajaran yang cocok diterapkan dalam pembelajaran adalah Media Grafis yaitu Komik. Komik dapat mempermudah peserta didik dalam proses pembelajaran, misalnya dalam membaca. Komik bacaan yang cukup menarik untuk di baca oleh anak-anak. Kesenangan anak-anak terhadap komik, dapat dimanfaatkan sebagai pokok utama pemilihan objek pengambangan media pembelajaran.

Menurut Daryanto komik merupakan suatu bentuk berupa kartun yang mampu menceritakan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang begitu erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para peserta didik, karena komik yang berupa kartun dapat menarik perhatian pembaca khususnya peserta didik. Buku-buku komik dapat dipergunakan secara efektif dan efesien oleh pendidik dalam usaha meningkatkan dan memperluas minat belajar peserta didik. Oleh karena itu, sangat tepat jika seorang pendidik melakukan pengembangan komik menjadi media pembelajaran.

Komik juga dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran yang baik untuk dapat diperhatikan peserta didik, karena mempunyai kelebihan dibandingkan dengan media grafis lainnya, yaitu selain media komik dapat memanfaatkan suatu alur cerita bergambar, menarik dan sebagai kunci utamanya mengandung unsur-unsur humor yang tinggi, karena media komik dapat dibaca kembali ketika peserta didik ingin mengulangi memahami materi yang tertuang di dalam media komik tersebut. Media pembelajaran dengan menggunakan komik pada materi FPB dan KPK sangat cocok, karena menurut Isah Cahyani dalam bacaan FPB dan KPK terdapat beberapa jenis, yaitu cerita bergambar, cerita rakyat, cerita binatang, cerita noodlehead, cerita keajaiban, cerita fantasi, fiksi ilmu pengetahuan, cerita sejarah, dan biografi, dari beberapa jenis-jenis tersebut yang akan dibuat komik oleh peneliti adalah komik tentang cerita binatang, kerena cerita binatang ini adalah salah satu cerita bacaan yang mendidik, sehingga dari cerita tersebut memiliki nilai moral, mengajarkan perbuatan yang terpuji dan amanat yang terkandung di dalamnya dapat menjadikan peserta didik berprilaku yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun