Mohon tunggu...
Menhard Manangkot
Menhard Manangkot Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Bersyukur selalu dalam segala hal adalah cara terbaik agar merasa cukup dalam kehidupan. Karena hidup hanya anugerah saja dari Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Bisakah Indonesia Membawa Pulang Gelar All England 2017?

8 Maret 2017   11:15 Diperbarui: 8 Maret 2017   11:30 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Publik pecinta bulutangkis dunia kembali bakal disuguhkan dengan aksi-aksi hebat atlet-atlet bulutangkis dunia lewat kejuaraan bulutangkis tertua di dunia yakni All England. Ya, sejak tanggal 7-12 Maret 2017, bertempat di Birmingham, Inggirs, para pebulutangkis top dunia akan unjuk kebolehan untuk menjadi juara All England. Tak bisa dipungkiri All England mempunyai gengsi tersendiri bagi setiap pebulutangkis, bahkan para pemain top dunia mengatakan tak lengkap rasanya semua gelar jika belum menjadi juara di turnamen yang diselanggarakan sejak tahun 1899 ini. 

Sejumlah pebulutangkis papan atas dunia bahkan mempersiapkan diri secara khusus agar tampil maksimal dan bisa menjadi juara di turnamen yg dianggap sangat bergengsi ini.  Lee Chong Wei pemain ranking satu dunia tunggal putra misalnya, yang berusaha keras agar bisa sembuh dari cederanya saat latihan agar bisa tampil diturnamen ini. Begitu pula dengan Lin Dan pemain tunggal putra peraih medali emas Olimpiade 2008 Beijing dan Olimpiade 2012 London, yang berambisi untuk meraih gelar All Englandnya yang ke-7. Tak ketinggalan pemain top ganda putra Indonesia Mohammad Ahsan (juara All England 2014, juara Dunia 2013 & 2015), pun harus turun di China International Challenge bersama pasangan barunya Rian Agung Saputra, agar bisa menaikan ranking BWFnya guna bisa tampil di All England. Terlihat jelas jika para pemain papan atas dunia tidak ingin ketinggalan untuk tampil di turnamen berhadiah total US$ 600,000. ini, tak terkecuali pebulutangkis top Indonesia

Melihat banyaknya pemain top dunia tampil di turnamen ini, (ditambah BWF mewajibkan pemain ranking 1-8 harus ikut di turnamen super series/primer) menarik untuk melihat bagaimana peluang wakil Indonesia untuk bisa menjad juara All England di tahun 20017 ini. Di tahun lalu (2016) Indonesia berhasil membawa pulang satu gelar dari nomor ganda campuran melalui pasangan Praveen Jordan/Debby Susanto. Untuk tahun ini Indonesia kembali mengirim wakilnya disemua nomor (tunggal putra/putri, ganda putra/putri/campuran), namun dari 5 nomor yang dipertandingkan, peluang meraih gelar paling besar mungkin berada di sektor ganda campuran dan ganda putra. Hal ini bukannya tanpa alasan, jika kita melihat beberapa tahun belakangan ini, kedua nomor ini paling sering menyelamatkan wajah Indonesia di kancah bulutangkis dunia dengan menyabet sejumlah gelar. 

Di sektor ganda campuran Indonesia tampil denga kekuatan penuh. Praveen/Debby kembali akan bertarung untuk mempertahankan gelar yang mereka raih tahun lalu. Di nomor ini pula Indonesia memiliki pasangan peraih medali emas Olimpiade 2016 Rio, yakni Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Meskipun Natsir belum 100 % pulih dari cedera, tetapi pasangan ini  sangat bersahabat dengan aura All England, ini terbukti ketika mereka berhasil menjadi juara 3 kali berturut-turut di tahun 2012-2014. Selain kedua pasangan tersebut Indonesia juga bakal diwakili oleh Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika, Ronald Alexander/Melati Daeva Okatvianti dan  Hafiz Faizal/Shela Devi Aulia, pasangan pelatnas yang diharapakan bisa menggantikan generasi di sektor ganda campuran ini.

Untuk ganda putra, terus menerus memberikan perkembangan positif pasca dipecahnya pasangan Hendra Setiawan/Mohamma Ahsan. Pasangan Marcus Gideon/Kevin Sanjaya yang meraih 3 gelar super series/primer tahun lalu, diharapkan bisa kembali kepermainan terbaik mereka sehingga bisa memberikan gelar. Indonesia pun memiliki pasngan ranking 7 dunia yakni Angga Pratama/Ricky .K. Suwardi, dimana pasangan ini bertekd untuk merubah raport mereka saat tampil di All England.  Sementara Mohammad Ahsan bersama pasangan barunya Rian Agung Saputro, tentunya ingin mengulang kembali saat menjadi juara di tahun 2014 (bersama Hendra Setiawan). Satu lagi pasangan ganda putra yang tampil adalah Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, pasangan muda yang performanya sedang menanjak di level Grand Pix Gold. 

Di sektor ganda putri peluang kita memang sangat berat untuk mengulanigi prestasi Verawaty Fajrin/Imelda Wigoena yang menjadi juara All England 38 tahun lalu atau di tahun 1979. Masih dalam proses penyembuhannya Nitya Krishinda Maheswari, tampaknya  membuat  tim pelatih ganda putri Pelatnas merubah komposisi pasangan yang ikut turnamen All England ini.  Tercatat hanya Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari yang meruppakan pasangan tetap. Itupun di babak pertama, pasangan ranking 13 dunia ini langsung berhadapan dengan unggulan satu, sang juara Oliampiade 2016 yang juga adalah juara bertahan yakni Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi.  Sementara Greysia Polii diduetkan Rizki Amelia Pradipta, kemudian Ni Ketut Mahadewi Istrani ditandemkan dengan Tiara Rosalia Nuraidah dan Anggia Shitta Awanda dipasangkan dengan pemain yang baru beralih dari junior yaitu Apriani Rahayu.

Sementara itu untuk nomor tunggal, baik putra maupun putri, para wakil Indonesia harus berjuang extra untuk bisa menjadi juara di turnamen ini. Sudah lebih dari 20 tahun sejak terkahir kali juara tunggal putra dan putri direbut dan disandengkan 2 tahun berturut-turut yakni di tahun 1993-1994, melalui Haryanto Arbi dan Susi Susanti.  

Tommy Sugiarto dan Sony Dwi Kuncoro dua pemain senior tunggal putra yang ikut ambil bagian dalam turnamen ini, sudah pernah mengalahkan  para pemain top dunia, meskipun mungkin kalah soal head to head. Melihat skil dan kemampuan kedua pemain yang sudah tidak bergabung dengan Pelatnas ini, sebenarnya tidak beda jauh hanya mungkin masalah konsistennya yang berbeda jauh. Sonny misalnya, tahun lalu pasca comback dari cedera, ia menunjukan kapasitasnya dengan menjadi juara di Singapura open super series, termasuk mengalahkan Lin Dan di semifinal dan mengalahkan San Wan-ho di final (lawan yang akan dihadapinya di babak pertama All England). Namun setelah menjadi juara, peraih medali perunggu Olimpiade Athena ini, kembali menghilang dari peburuan gelar. 

Tunggal putra dari Pelatnas sendiri, Indonesia tinggal diwakili Anthony Sinisuka Ginting, menyusul absennya Jonathan Christie akibat cedera dan Ihsan Maulana kalah di kualifikasi saat berhadapan dengan Anthony.  Untuk tunggal putri, memang ada sedikit kemajuan, terbukti saat India Grand Prix Gold tahun ini, 3 wakil kita berhasil masuk sampai semifinal. Namun untuk dapat berbicara banyak di level supers series/primer, kita berharap saja agar Dinar Dyah Ayustine dan Fitirani dapat memberikan penampilan terbaiknya sehingga bisa memberikan kejutan, dan menyamai Susi Santi.

Secara umum, Indonesia memiliki peluang besar membawa pulang dua gelar, meskipun bukan pekerjaan gampang. Semoga saja wakil-wakil Indonesia  bisa membuat kejutan dan  membawa pulang gelar di All England, melebihi target PBSI yakni satu gelar. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun