Mohon tunggu...
Mellisa Sevira
Mellisa Sevira Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Worklife

"Hard Power" dan "Soft Power" dalam Leadership

5 Agustus 2018   13:06 Diperbarui: 5 Agustus 2018   14:21 1507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kekuatan (power) dan kepemimpinan (leadership) merupakan hal yang saling berkaitan satu sama lain. Kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi orang lain, baik individu ataupun kelompok. Di sisi lain, kekuatan adalah sarana yang digunakan pemimpin untuk memengaruhi pengikutnya.

Penggunaan Hard Power dan Soft Power

Hubungan yang erat antara kekuatan dan kepemimpinan mengharuskan pemimpin untuk mengetahui dan memahami sumber kekuatan yang dimiliki ketika melaksanakan tugasnya sehingga tidak salah dalam bertindak. Sejauh mana kekuatan seorang pemimpin dapat dilihat dari sumber kekuatan tersebut diperoleh. Secara umum, sumber kekuatan dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu (Daft, 2015):

1. Hard power merupakan kekuatan yang sebagian besar berasal dari posisi (jabatan) otoritas seseorang.

2. Soft power merupakan kekuatan yang didasarkan pada karakteristik pribadi serta hubungan interpersonal.

Hard power terdiri dari:

* Reward power: memiliki kendali atas penghargaan yang akan memotivasi orang lain untuk mematuhi keinginan pemimpin.

* Coercive power: memiliki kendali untuk memberikan atau merekomendasikan hukuman.

* Legitimate power: memiliki kewenangan dengan memegang posisi dalam organisasi yang diakui oleh orang lain.

Soft power terdiri dari:

* Expert power: memiliki pengetahuan atau keahlian khusus sehingga orang lain akan termotivasi untuk mematuhi pemimpin agar memperoleh manfaat darinya.

* Referent power: memiliki karisma pribadi, ide, atau keyakinan yang dikagumi oleh orang lain sehingga mereka ingin meniru pemimpinnya.

Menjaga Stabilitas Kekuatan Pemimpin

Mempertahankan kekuatan merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh pemimpin. Banyak pemimpin yang menerima dampak negatif padahal tidak melakukan kesalahan karena pemimpin tersebut tidak menjaga stabilitas kekuatan kepemimpinannya. Oleh karena itu, terdapat beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mempertahankan kekuatan pemimpin, yaitu (Yoga, 2018):

Berpikir strategis

Dengan berpikir strategis, pemimpin memiliki kemampuan untuk mengantisipasi terjadinya perubahan penting sehingga pemimpin mampu mengambil tindakan yang tepat terhadap perubahan tersebut.

Menciptakan loyalitas pengikut

Agar tetap memperoleh dukungan pengikut, pemimpin dapat membuat pengikut merasa ketergantungan kepada dirinya melalui kekuatan yang telah disebutkan sebelumnya, seperti coercive power, reward power, dan sebagainya.

Bersikap transparan secukupnya

Pemimpin lebih baik bicara terkait hal-hal yang diperlukan saja karena jika terlalu terbuka terhadap pengikut maka mereka dapat menemukan kelemahan pemimpin untuk menyerang pemimpin.

Seorang pemimpin wajib memiliki kekuatan saat menjalankan tugasnya karena pemimpin bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan juga pengikutnya. Hal ini bukan berarti pemimpin harus memiliki semua kekuatan yang ada, melainkan memiliki beberapa kekuatan agar mampu memimpin pengikutnya dengan efektif. Tetapi, jika pemimpin mampu memiliki semua kekuatan yang ada maka pemimpin tersebut merupakan pemimpin yang kuat sehingga mampu berkuasa dengan periode yang relatif panjang.

Referensi:

Daft, Richard. L. 2015. The Leadership Experience 6th edition. United States: Cengage Learning.

https://steemit.com/steemiteducation/@yogaunimal/menjaga-stabilitas-kekuatan-pemimpin-dalam-memimpin-625cb1910a76c

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun