Mohon tunggu...
Melisa Angelina
Melisa Angelina Mohon Tunggu... Lainnya - Cubing never stops, neither does writing

Cuber. Writer. Dominan otak kiri.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ganti Kata "Diet" dengan "Standardisasi Pola Makan" dan Lihat Perbedaannya

19 Mei 2020   13:22 Diperbarui: 20 Mei 2020   23:04 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: lifestyle.okezone.com

Pernah diet, berhasil turun berat badan, tetapi cuma bertahan satu bulan? Setelah itu, bulan berikutnya malah tambah bulat dari aslinya? Duh, penulis juga sempat mengalami hal yang sama, sekitar 3-4 kali sebelum akhirnya benar-benar berhasil hehe. 

Tenang, kali ini penulis akan dengan senang hati berbagi pengalaman dan lika-liku menuju berat badan ideal. Sebelumnya, penulis tekankan dahulu, cerita yang akan penulis bagikan ini bukan tentang "diet", melainkan tentang " standardisasi pola makan". 

Apa bedanya? Jelas beda. Jika kamu menganggap diri kamu sedang diet, berarti kamu mengharapkan hasil instan dan tentunya itu mustahil dicapai. Kalau pun berhasil, penulis jamin ceritanya berakhir seperti kalimat pembuka tulisan ini, hahaha. Eits, jangan ngambek ya! Makanya, kamu harus tanamkan dalam diri, bahwa kamu akan memulai "standardisasi pola makan", dan kamu wajib menyadari proses ini akan berjalan lama, kalau penulis bilang sih sampai seumur hidup.

Begini, cerita akan diawali dengan menentukan goals. Apa tujuan kalian turun berat badan? Tolong, tetapkan ini dari sekarang sebelum kamu melanjutkan membaca. Tetapkan goals jangka panjang, serta hindari goals yang ngambang dan tidak jelas apa gunanya. Contoh goals yang jelas seperti ini, "Kalau aku kerja kantoran nanti, rok span produksi komersial gak akan ada yang muat di pinggul aku. Mana di kantor gak boleh pake celana panjang." Atau begini, "Cewek kurus aja ngeluh kesakitan pakai high heels, aku apa kabar?" Bedakan dengan contoh yang tidak jelas dan hanya berdasar emosi sesaat seperti ini, "Aku mau kurus biar cowok pada naksir. Apalagi begini, "Sebentar lagi lebaran, gak boleh jadi lebar-an." Sampai sini terlihat, ya, perbedaannya. Goals jangka panjang akan memaksamu untuk tidak melenceng dari standardisasi pola makan yang nanti akan penulis kupas tuntas.

Sudah ketemu goals-nya? Oke, jika sudah, sekarang loncat ke nutrisi sehari-hari. Coba catat, menu makan pagi, siang, malammu kemarin. Kemudian hitung perkiraan kalori yang masuk per sesi makan. Sebenarnya tidak ada acuan pasti tentang cara menghitung jumlah kalori pada tiap makanan, karena semua tergantung pada massa bahan makanan tersebut. Sejauh ini penulis tidak pernah menimbang massa bahan makanan yang masuk per sesi makan, karena tidak punya timbangan :P. Jadi, penulis sarankan mengambil batasan/limit kalori masuk per sesi makan yaitu 400 kkal. Kenapa 400 kkal? Karena kalau dihitung, 400 kkal x 3 sesi makan = 1200 kkal. Dalam sehari, rata-rata kebutuhan kalori wanita 1800 kkal. 

Masih ada defisit sebanyak 1800 kkal - 1200 kkal = 600 kkal. Kenapa harus ada defisit? Itulah yang membedakan diet dengan standardisasi pola makan. 600 kkal tadi bisa dikelola untuk memakan cemilan di sela-sela jam bukan makan. Pasti kamu sering, kan, kelaparan di antara jam 14.00-17.00? Sama, penulis juga. Oleh sebab itu, pastikan total makan pagi, siang, malammu masih menimbulkan defisit kalori, supaya tidak menderita. Next, masih soal defisit 600 kkal yang tadi. Mau diisi apa? Terserah, yang penting gak boleh lebih dari 600 kkal! Mau produk keripik, cokelat, buah, keju, silakan saja. Yang penting perhatikan porsinya, jangan lebih dari 600 kkal. Pilihlah cemilan/snack yang di bungkusnya tercantum tabel informasi nilai gizi, supaya mudah mengaturnya, misal harus berapa keping, dll. 

Wah, kalau begitu tetep gendut, dong? Kan kalori total yang masuk sehari tetep 1800 kkal? Kapan kurusnya? Itu dia alasan penulis bilang pentingnya mengasumsikan bahwa kamu sedang standardisasi pola makan. Faktor penyebab gemuk yang utama yaitu terjadi surplus antara kalori masuk dan kalori keluar. Jadi, untuk langkah awal, jangan muluk-muluk mau defisit kalori. Mulailah dari yang ringan-ringan dulu, kalori masuk dan keluar hasilnya impas. Kebanyakan orang bakal lihat berhasil/tidaknya program turun berat badan di 2 minggu sampai 1 bulan pertama. Yakin deh, kalau neraca kalorimu seimbang, tetap akan ada perubahan bentuk fisik dalam kurun waktu sebulan. Tanpa cek timbangan pun bakal kelihatan, karena penulis sudah buktikan sendiri.

Oh iya, kebanyakan artikel akan mengungkapkan rahasia ampuh olahraga. Bagi penulis, big no untuk kurun waktu hingga 3 bulan. Kenapa? Di 1-3 bulan pertama, gejolak untuk mengakhiri standardisasi pola makan sangat tinggi. Jangan ditambah-tambahi olahraga yang bikin kamu tambah galau ingin menyerah dan balik lagi ke aturan makan segajah! Penulis tidak melakukan olahraga sama sekali, nyatanya tetap bisa melihat perubahan drastis di tiga bulan pertama. Walaupun akhirnya penulis juga mulai olahraga di bulan keempat dan seterusnya, sih, tetapi itu lebih ke mencegah kekenduran kulit dan otot yang selama bertahun-tahun meregang bebas. Olahraganya juga yang ringan-ringan seperti plank, jalan di tempat, mengangkut perabotan rumah (eh?). Intinya sabar, jangan semua-semua sok dilahap. Kalau kamu mendapatkan tubuh ideal dengan terlalu cepat, maka kamu juga akan mendapatkan kembali tubuh bongsor dengan cepat.

Sebagai motivasi, penulis dulunya sempat menyentuh angka 90-an kilogram. Sekarang sudah susut menjadi 60-an kilogram dalam waktu 12 bulan. Lama, tapi yang penting fakta. Dulunya penulis juga sempat gagal, karena mengikuti anjuran untuk tidak makan nasi, tidak ngemil, serta memaksakan diri olahraga, yang cuma bertahan 2 minggu hehe. Habis itu, ya gendut lagi -_- Mungkin itu dulu pengalaman yang bisa penulis bagikan kepadamu. Semoga semakin banyak orang yang bisa turun berat badan, tanpa bantuan obat atau instruktur kesehatan yang mahal. Terima kasih sudah mampir. Bagikan pengalamanmu setelah mencoba menerapkan langkah-langkah di atas, ya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun