Hingga Desember ini tabunganku sudah mencukupi untuk membayar DP apartemen dan biaya administrasi lainnya. Namun masih kurang sekitar Rp 20 juta lagi untuk mengisi furnitur. Aku optimis dengan targetku. Bulan Maret pasti targetku tercapai.
Waktu terus berjalan. Antrian baru bertambah tiga nomor sejak aku datang. Masing-masing pelanggan rupanya membawa paket cukup banyak.Â
Aku kembali teringat, kemarin ada seorang pria yang mengikuti aku saat pulang dari JNE. Tidak aman jika aku pulang terlalu malam.
"Mas, aku bisa nitip saja nggak? Soalnya kemaren ada yang ngikutin, takut kalau kemalaman" ungkapku pada mas Udin, petugas JNE yang sudah kukenal baik. Hingga saat ini nomor mas Udin masih tersimpan di handphoneku.
"Bisa mbak, kasih nomor  JLC-nya aja" jawab Mas Udin.
JLC (JNE Loyality Card) adalah kartu loyalitas pelanggan JNE. Setiap transaksi pengiriman dengan disertai JLC akan mendapatkan poin yang dapat ditukarkan dengan berbagai hadiah dan diskon di merchant yang telah bekerja sama dengan JNE.
Pelaku UMKM yang setiap hari bertransaksi seperti aku sudah pasti diuntungkan banyak melalui program ini. Semakin banyak pesanan, semakin banyak paket dikirimkan, maka semakin banyak pula poin yang kudapatkan.
Aku menuliskan nomor JLC ku pada secarik kertas yang disediakan mas Udin.
"Resinya besok aja nggak papa mas. Atau kalau sudah, bisa minta tolong fotoin aja ya" pesanku.
Inilah untungnya menjalin hubungan baik. Aku sudah percaya padanya, juga pada para petugas JNE yang lain. Tidak pernah ada paket hilang atau tertinggal.
JNE menjadi ekspedisi pilihanku bukan hanya karena lokasinya yang paling dekat dengan kosku. Aku bersyukur karena memang lokasinya paling dekat, namun alasan lain adalah karena namanya yang sudah terpercaya, juga jangkauannya ke berbagai wilayah pelosok desa dan pulau kecil.Â