Mohon tunggu...
melisa emeraldina
melisa emeraldina Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk Berbagi Pengalaman

"Butuh sebuah keberanian untuk memulai sesuatu, dan butuh jiwa yang kuat untuk menyelesaikannya." - Jessica N.S. Yourko

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sering Dicaci, Ternyata Ini Daftar Bantuan Pemerintah Saat Pandemi

30 Juli 2021   17:49 Diperbarui: 30 Juli 2021   18:09 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penerima Bansos dari Kementerian Sosial (Dok. Humas Kementerian Sosial via Kompas)

Belakang ini, media sosial dan kolom komentarnya dipenuhi cacian pada Pemerintah. Kebijakan PPKM yang berlevel-level di-bully habis-habisan. Begitu pula dengan kebijakan makan di rumah makan yang dibatasi maksimal 20 menit.

Tompi, musisi yang juga berprofesi sebagai dokter pun sempat menyatakan kekesalannya di twitter. "Makan 20 menit aja dijadikan lelucon, memang kita ini seneng bercanda. Tapi terlepas itu, saya menangkap maksud dari makan 20 menit itu bukan masalah waktunya. Tapi penekanan JANGAN BERLAMA-LAMA, mengurangi risiko tertular, BIAR HIDUP LEBIH LAMA".

Saya sendiri sangat setuju dengan twit Tompi ini. Nyatanya saya hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk makan. Maka bila dengan antri, saya rasa 20 menit cukup. Penting dipahami bahwa makan di tempat sebaiknya hanya dilakukan jika mendesak saja, bukan sekedar karena bosan di rumah. Hal itu juga untuk menjaga diri kita sendiri dari penyakit covid.

Pemerintah saat mengeluarkan kebijakan PPKM juga banyak ditentang masyarakat, seakan tidak peduli pada nasib masyarakat dan hanya membuat kondisi semakin susah. 

Hmmm.. Mari kita flash back kembali, mengapa kebijakan PPKM ini akhirnya harus diambil Pemerintah.

Diawali dengan larangan mudik Lebaran 2021, Pemerintah sudah memperkirakan bahwa covid bisa makin menyebar bila masyarakat masih mudik. Maka diambillah kebijakan larangan mudik dari tanggal 6-17 Mei 2021. Kebijakan itu kemudian diperpanjang hingga 31 Mei 2021.
Namun, masyarakat ngeyel. Katanya "Belum tentu orang tua panjang umur" atau "Kesempatan ketemu keluarga hanya setahun sekali". Banyak sekali cacian dilontarkan kepada Pemerintah maupun aparat yang bertugas menjaga dan menutup jalan. 

Sebagian  masyarakat mengakali dengan mudik sebelum tanggal dimulai. Ada pula yang mencari jalan tembus, mengakali dengan segala macam cara. Jangan lupa, mudik dengan kendaraan pribadi ini tentunya rawan penyebaran covid, karena dalam perjalanannya tidak dilakukan tes antigen atau PCR terlebih dahulu.

Selain itu masih banyak daerah yang belum banyak kasus covidnya. Sehingga, pemudik berkeliaran dengan santai di daerah tujuan tanpa protokol kesehatan.

Akhirnya benar saja, angka covid yang sudah turun, mendadak naik berkali-kali lipat. Daerah yang sebelumnya tidak ada pasien covid jadi ada. Bahkan ada beberapa daerah yang satu komplek hampir semua terkena covid. Saat ini hampir seluruh pulau besar di Indonesia menjadi zona merah. Jadi ini salah siapa? Silakan dijawab sendiri.

Sekarang, masyarakat mencaci Pemerintah yang membuat kebijakan PPKM. Dianggap tidak peduli rakyat kecil. Sementara semua larangan ini dilakukan semata-mata untuk menjaga agar nyawa masyarakat selamat dan tidak semakin banyak korban jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun