Mohon tunggu...
Melisa Damayanti
Melisa Damayanti Mohon Tunggu... Guru - Mental Health Enthusiast

Good Heart Inside, aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sekilas Perihal Negeriku

26 Oktober 2017   08:28 Diperbarui: 26 Oktober 2017   09:03 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalaamu'alaykum warahmatullahi wabarakaatuh.

Selamat pagi, setelah beberapa pekan gak buka dan ngisi blog akhirnya sekarang pena balik lagi dengan mengangkat tema yang gak biasanya. Hmmm, to be honest sebenarnya pena udah nyiapin tema tertentu jauh-jauh hari, tapi gara-gara "hari ini" jadi muncul keinginan mengangkat tema baru.

Pena lagi perpulangan alhamdulillaah, setelah satu bulan lamanya gak balik ke rumah. Nah, di rumah pena kerjaannya nonton tv dan lain-lain, hehe. Pas banget, barusan habis nonton berita siang. Agak kecewa sih, isi beritanya Indonesia tuh seringnya tentang kematian, "tewas mengenaskan", "disemayamkan di ..." dan sebagainya. Kematian bukan lagi momok yang menakutkan, mendengar kata mutilasi sudah biasa.

Berita Indonesia umumnya kecelakaan tragis, begal, mutilasi, pembunuhan berencana, geng motor, kericuhan, pelanggaran HAM, korupsi, demo massa, dan sejenisnya. Jarang dengar berita tentang invention, innovation, pembangunan, dan aspek-aspek kenegraan yang mendunia lainnya. Kenapa ya? Aku sempat sedikit kecewa dan miris melihatnya, apalagi kalau kasus kejahatannya karena faktor ekonomi.

Indonesia termasuk negara dengan angka kecelakaan, korupsi, dan kemiskinan yang tinggi. Ya, pena tahu kita terlalu sering melihat yang negatifnya sampai lupa Indonesia itu kaya banget, negara luar ke Indonesia buat ngeruk kekayaan kita. Walau pada dasarnya ini hanya masalah perspektif masing-masing kita, beruntung Indonesia adalah negara demokrasi dan bebas berkespresi, maka sekarang inilah pandangan kilat yang terbesit di dalam benak pena habis nonton berita akan pena tuangkan.

Jujur karena terlalu sering mendengar berita sadis yang semakin menunjukkan miskinya jiwa kemanusiaan sebagian orang yang bertindak kriminal pena jadi terbiasa. Berita horror ini jadi makanan sehari-hari. Semuanya tergantung kita sih, memang pena gak begitu tahu berita-berita di negara orang. Karena, di negeri sendiri aja pena masih kudet.

Terkait kriminalitas karena faktor ekonomi, jujur ini yang paling membuat pena sedih banget. Karena faktor "e" inilah yang juga menjebloskan pena ke dalam mimpi-mimpi yang tinggi. Dan sekarang harus dinodai dengan cap bahwa faktor "e" mencekik. Lagi-lagi tergantung orang-orangnya, kita tidak pernah mengerti seberapa berat ujian setiap kepala kan? Tapi kalau tidak punya pegangan, mau se-ringan apapun masalahnya akan terasa berat dan bahkan kadang menjerumuskan si kepala itu untuk mengakhiri hidup, see? SEREM BANGET!

Kasus yang sangat dekat, dekat banget malah sama pena karena rumahnya tidak jauh dari pena, seorang ibu mengakhiri hidupnya dengan meninggalkan satu anak dan seorang suami lagi-lagi faktor "e". Nah, sebenarnya penekanan pena adalah terkait tingkat kemiskinan yang kian berbanding lurus dengan angka kriminalitas Indonesia.

Ohya asal teman-teman tahu, berita apa sih yang menyebabkan pena geleng-geleng kepala dan terketuk buat ngisi blog. Seorang nenek di daerah serpong meninggal dunia dibunuh sekawanan orang, dan parahnya salah satu dari kawanan itu adalah sebaya dengan pena. See, kayanya pendidikan moral pancasila harus masuk lagi jadi pelajaran wajib setiap sekolah. Kalau gak pelajaran aqidah akhlaq diwajibkan aja 4 jam/pekan.

See, pena adalah Indonesia, tapi tidak berbuat apa-apa untuk Indonesia. Pesan buat aku dan teman-teman peduli dengan lingkungan sekitar, siapa tau kita dapat pahala melalui pintu mengingatkan antar sesama. Dan buat teman-teman yang mampu dan berada, bisalah bantu yang kurang mampu.

Terkait bahasan yang ke mana-mana hehe maafkan ya, intinya sih doakan Indonesia, paling gak walau gak hafal budaya dari sabang sampai merauke tapi jiwa nasionalisme tetap dalam sanubari. Ohya doakan juga muslim di negara-negara konflik, kejahatan manusia jadi sangat biasa karena kita hanya menontonnya. Semoga aku dan teman-teman bisa jadi muslimin yang berguna bagi sesama, Aamiin.

Wassalaamu'alaykum.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun