Mohon tunggu...
Melina
Melina Mohon Tunggu... Lainnya - Teknisi Pangan

Menulis untuk sharing, karena sharing is caring.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Terapi Probiotik untuk Kesehatan dan Pengobatan Autisme

20 Juni 2022   16:25 Diperbarui: 26 Juni 2022   23:20 1826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak penderita autisme (Alireza Attari/unsplash).

Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengetahui penyebab dan bagaimana cara mencegah dan mengatasi kondisi autisme. Para peneliti tersebut mengklaim bahwa autisme memiliki hubungan yang erat dengan komposisi mikroba yang hidup dalam sistem pencernaan tubuh kita.

Di dalam tubuh manusia sebenarnya terdapat miliaran hingga triliunan mikroba--bakteri dan archaea. Mereka ada di mana-mana, di kulit, hidung, mulut, telinga, dan di saluran pencernaan kita. Jumlah bakteri ini 10 kali lebih banyak dibandingkan dengan sel tubuh manusia sendiri. Namun, total bobot bakteri di tubuh kita ini hanya menyumbang 1-3% bobot tubuh. 

Dari seluruh bagian tubuh manusia, sistem pencernaan kita merupakan "kota" dengan penduduk mikroba terbanyak. Mereka yang tinggal di sistem pencernaan ini selanjutnya akan disebut sebagai gut microbiome. 

Komposisi gut microbiome atau kandungan bakteri dalam sistem pencernaan ini kita memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan tubuh kita.

Kenapa demikian? Apa hubungannya dengan probiotik?

Perut adalah otak kedua.

Pernahkah kalian mendengar istilah atau mungkin merasakan sendiri sensasi "kupu-kupu berterbangan di perut" kalian?

Terutama bagi kalian yang sedang jatuh cinta, saya rasa pasti kalian pernah merasakan hal ini. Kalau saya sendiri pernah, sewaktu menonton drama atau film romantis.

Sensasi ini ada hubungannya dengan perut sebagai otak kedua.

Perut kerap disebut sebagai otak kedua karena perut memiliki puluhan hingga ratusan juta neuron yang terhubung dengan otak melalui sistem saraf vagus. Nah, ketika kita berdebar-debar atau gugup, maka otak akan merespon dengan mengeluarkan sejumlah hormon, seperti adrenalin dan dopamin. Kemudian, respon ini akan disalurkan kembali ke perut melalui sistem saraf vagus ini.

Saraf vagus berperan untuk mengendalikan aktivitas pencernaan dan otot-otot di perut. Sehingga, respon yang diterima saraf vagus menyebabkan otot perut berkontraksi dan menimbulkan sensasi "kupu-kupu berterbangan di perut kita".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun