Mohon tunggu...
melian hajrian
melian hajrian Mohon Tunggu... Editor - profesi mahasiswa

penulis berita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Perjuangan Surati Sang Penjual Pecel di Muktamar

2 Desember 2022   13:02 Diperbarui: 2 Desember 2022   14:22 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kisah sang penjual pecel (sumber : dokumen penulis)

Sore itu, nenek Surati warga Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah,  jam 6 dini hari Surati mulai melangkah sendiri untuk menuju lokasi sambil memikul jualannya. Sesekali dia beristirahat sambil mengusap peluh yang bercucuran dari dahinya. "saya sudah tua, Nak, tetapi saya harus terus berjualan untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan membayar kontrakan," ujarnya. 

Surati  mengaku di rumah hanya sisa 3 orang saja mulai dari beliau dan 2 orang anaknya, namun anak-anaknya sekarang sudah berkeluarga semua, hebatnya surati masih tetap gigih untuk berjualan, tidak hanya berjualan walaupun di usianya sudah senja beliau masih kuat bekerja persawahan seperti menanam padi, dari pagi hingga sore hari demi tercukupinya kebutuhan sehari-hari tanpa membebankan anak-anaknya. 

Sudah lama Surati menjadi penjual pecel. Bahkan dia mengaku lupa berapa lama sudah berjualan. "saya berjualan sudah puluhan tahun Nak, sudah dari dulu jalan kakik dari rumah menuju lokasi jualan jauhnya sekitar 3 kilometer," ujarnya dengan tersenyum.

Setiap harinya, Surati berangkat berjualan pecel sekitar pukul 06.00 WIB, dan baru pulang ke rumahnya pukul 10.00 WIB malam."biasanya saya sudah bersiap-siap untuk berjualan dari jam 2 pagi karena banyak yang harus di masak sampai jam 6 pagi saya sudah berjalan menuju tempat jualan dan pulangnya sekitar jam 10 malam nak," ujarnya.

Surati tidak hanya berjualan pecel saja namun juga menjualan jajanan-jajanan pasar, beliau mendapatkan jajanan ini dengan cara membeli kemudian di jualkan kembali,  hari pengembilan belum tentu hari itu habis dan belum bisa mengembalikan bodal si nenek namun, dengan rasa sabar yang begitu besar  beberapa hari jajanan tersebut  terjual semua.

Jika jualanya terjual habis, Surati hanya memperoleh penghasilan sebesar Rp 40.000 dan itu masi uang kasaranya saja kadang surati seharinya tidak mendapatkan ke untungan. "Tidak masalah Nak, meskipun hasilnya tidak ada ataupun hanya sedikit tetapi barokah dan halal. Daripada banyak tetapi tidak barokah, buat apa," ujarnya.

Surati hanya berharap, pada usianya yang semakin rentan, ia selalu diberi kesehatan dan panjang umur. "Saya tidak berharap apa-apa, saya hanya meminta kepada Allah agar selalu diberi kesehatan dan umur panjang, itu sudah cukup," tuturnya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun