Mohon tunggu...
Meliana Chasanah
Meliana Chasanah Mohon Tunggu... Penulis - Islamic Writer

Far Eastern Muslimah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menulis, Kadang Amal Jariyahku

2 April 2021   11:30 Diperbarui: 2 April 2021   11:35 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh : Meliana Chasanah

Adakah di antara teman-teman yang ingin memperoleh amal jariyah, tapi bingung harus memulai dari mana? Terlalu memikirkan banyak hal, misalkan harta yang dimiliki sedikit. Jangankan untuk bersedekah, untuk kebutuhan sehari-hari saja pas-pasan, bahkan kurang.

Kebanyakan dari kita terlalu sibuk dengan aktivitas di dunia, hingga lupa tujuan dari hidup kita, yaitu beribadah kepada Allah Swt., dan mengabaikan dua perkara. Apa saja dua perkara itu? Nikmat sehat dan waktu lapang.

Kita semua tidak pernah tahu kapan ajal akan menjemput kita, tanpa memandang usia. Baik yang masih muda atau tua, masih balita atau dewasa, laki-laki atau pun perempuan. Semua itu sudah menjadi ketentuan Allah Swt. Lantas, apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadap kepada Allah Swt.?

Ajal merupakan nasihat sekaligus cambuk bagi kita semua untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Karena orang yang paling beruntung adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan ketika ia meninggal membawa kemuliaan di dunia dan di akhirat.

Kita sebagai umat muslim pasti kenal dengan Imam Bukhari, ulama termasyur dengan karya-karyanya yang luar biasa. Kitab karangannya yang paling hebat berjudul Al-Jami al-Sahih al-Musnad al-Mukhtasar min Umuri Rasulullah wa Sunanihi wa Ayamihi. Karya yang selalu dibaca, dikaji, dijadikan pustaka miliaran umat muslim. Tentu amal jariyah yang didapatnya tidak pernah berhenti mengalir.

Menulis bisa menjadi salah satu aktivitas yang mendatangkan pahala, bahkan amal jariyah sebagaimana Imam Bukhari. Mengapa harus menulis? Terutama untuk kaum muslim. Karena kebaikan itu wajib disebarkan dan menciptakan kesadaran di tengah-tengah masyarakat.

Menurut Ustaz Ismail Yusanto, "Ciptakan kesadaran, bicaralah atau menulislah! Untuk menjadi bagian dari perubahan ke arah Islam."

Menulislah, mempunyai kata dasar tulis. Di awali dengan imbuhan me- (kata kerja). Agar lebih menyentak ada tambahan kata imperative (perintah) --lah di belakang. Maka, jadilah kata menulislah. Bagi yang masih ragu berdakwah melalui lisan, kini bisa berdakwah melalui tulisan.

Masih ingat dengan kasus disertasi S3 yang kontroversial di tahun 2019 lalu? Judul disertasinya "Halal Seks di Luar Nikah". Bukan berarti saya mengajarkan para pembaca sesuatu yang sudah diharamkan oleh syariat. Sebaliknya, saya ingin mengajak para pembaca agar bijak dalam menanggapi suatu hal melalui kacamata Islam.

Bila kita lihat, keburukan pun dituliskan. Walau mereka kaum akademisi,berpendidikan tinggi, tapi ilmu yang mereka gunakan malah diselewengkan. Mereka berusaha menulis sesuatu dengan merujuk dari dalil syara' yang berujung mengundang kemarahan kaum muslimin. Mereka juga berusaha merusak generasi negeri ini melalui disertasi sampah yang dianggap sebagai hasil karya ilmiah. Bila kita menemukan tulisan seperti itu lagi, maka kita wajib membantahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun