Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Radioku Dulu, Radioku Kini

5 Desember 2022   11:05 Diperbarui: 5 Desember 2022   13:10 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Emak, ayo nyalain radionya. Sebentar lagi Tutur Tinular!" teriak anak SD kelas 2 itu. Dengan cepat dia melepas pakaiannya hanya untuk mendengar dan membayangkan aksi dari pemain peran di radio. Ah, Tari sepertinya sangat tahu jadwal Meisin yang ada di radio. Bocah itu selalu menunggu di depan radio butut milik ayahnya.

"Mbok yo makan dulu. Nanti sedang ciat-ciat-ciat, eh perutmu keroncongan," sahut emak yang berusaha menyalakan radio Polytrone yang sedikit berdebu.

Tari menyomot satu gorengan dan melipat kakinya dengan cara bersila pada kursi rotan di ruang tamu. Sepertinya, dia sudah tidak sabar menunggu kelanjutan cerita sandiwara radio kesayangannya itu. Lamat-lamat telinganya mencoba mendengarkan suara radio.

"Yah! Apa hari ini enggak ada, ya, Mak?" tanya Tari kecewa saat melihat detak jam berubah dengan cepat dari jadwal sandiwara.

"Tunggu saja. Mungkin ada kendala sinyal. Jadi, mesti sabar, ya. Dah, Emak ke dapur dulu!" ujar wanita berusia 30 tahunan itu.

Tari mendekati radio butut itu, lalu mencoba memutar tombol channel. Namun, yang terdengar suara kresek dan nyaris tak ada sinyal! Tari kecewa, yang ditunggu tidak kunjung tiba.

"Meisin ... ayolah, jangan lakukan hal seperti itu!" suara sang idola membuat Tari terlonjak dari tempat duduknya. Kakinya yang terlipat segera terurai dan mendekati radio.

"Emak, udah ada!" teriak boah itu. Sontak saja si Emak kembali ke ruang tamu dan melihat wajah Tari yang berbinar.

"Duh, senangnya! Kayak dapat kue ulang tahun aja," ucap Emak dengan wajah semringah melihat aksi putrinya. Tari hanya menoleh sebentar ke arah Emak, lalu lanjut mendengarkan sandiwara radio kesayangannya.

Entahlah, suara pemain dalam sandiwara radio itu sungguh membuat Tari terpicut. Dia sepertinya tidak bosan mendengarkan para pemain berceloteh. Kadang bocah itu menirukan tendangan yang dia dengar dari radio. Dia mencoba beraksi seperti para pemain. Bahkan dialog yang diucapkan para pemain hapal di luar kepalanya. Fantastik!

Setelah sandiwara radio itu berakhir, Tari mematikan radio. Dia segera beranjak dari tempat duduknya. Tak ada lagi yang harus didengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun