Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menghargai Ramadan di Masa Kecil untuk Ramadan Masa Kini

19 April 2021   12:54 Diperbarui: 19 April 2021   13:00 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duh, hari ini tantangannya menulis kenangan masa kecil saat ramadan ya. Tentunya rentang waktu masa kecil itu lumayan panjang ya. Jadi, ada banyak kenangan yang terjadi pada masa itu. 

Saya akan menceritakan kenangan di saat saya sudah mulai berpuasa. Sejak kelas 1 SD, saya sudah mulai berpuasa dan sudah full (dari subuh sampai magrib). Untuk mendapatkan puasa full, ternyata sangat berat tantanganya, apalagi kalau emak sedang memasak makanan pembuka. Uh, bikir ngiler. Malah saya suka minta buka, tetapi emak selalu bilang," Sayang loh, bentar lagi kan buka."

Saat adik saya makan di dekat saya, rasanya ingin minta makanannya, tetapi lagi-lagi diingatkan oleh emak dan saudara. Pernah juga waktu berpuasa tidak sengaja minum sedikit air, lalu tahu tidak batal, saya langsung menggerutu," Kenapa sih tadi nggak dihabiskan minumnya."

Jika saja jam dinding di rumah bisa bicara, maka dia pasti akan marah dipelototin terus tiap menitnya. Hampir setiap menit pula saya bertanya," Mak, kapan bukanya?" Jawaban emak akan sama, "Sebentar lagi. Tidur sana!" Jadilah saya tidur seharian.

Saya terbangun saat hari sudah sore dan emak sudah selesai memasak. Dengan tergesa-gesa saya dan saudara-saudara mengambil jatah masing-masing dan meletakkannya di tempat yang telah disepakati. Maklum, emak anaknya banyak. Jadi, makanan dijatah rata. Jika tidak dijatah, maka dipastikan ada yang bertengkar.

Tontonan yang ditunggu pada saat puasa adalah azan yang disiarkan di TV atau masjid. Menunggu azan seperti menunggu papaku yang kerja jauh saja. Baru mendengar kata 'Allahu akbar' dari masjid, saya dan saudara langsung menyantap makanan pembuka. Saat itu, apa yang dihidangkan mau dihabiskan, tetapi perut tidak memungkinkan lagi untuk diisi sampai-sampai untuk bergerak terasa sulit.

Setelah sholat magrib, saya akan berlari ke masjid bersama teman-teman dengan membawa bekal makanan. Sholat tarawih sangat saya tunggu. Kami, para anak-anak akan berdiri di barisan paling belakang sehingga sebelum sholat berlangsung, kami akan berbagi bekal itu. Kadang tidur-tiduran di sajadah karena ngantuk dan kenyang. Keributan di barisan belakang terdengar sampai ke depan sehingha kami sering ditegur dan dimarah.

Kejadian yang membuat saya teringat sampai sekarang adalah saat pulang tarawih sendirian. Hari itu saya ingin sekali sholat di masjid itu (ada dua masjid di dekat rumah) padahal tidak ada teman-teman saya yang tarawih di sana.

Saat berjalan, saya melihat seekor anjing yang melirik ke arah saya. Awalnya saya lihat anjing itu, tetapi semakin dilihat saya semakin takut. Saya percepat langkah saya. Anjing itu pun semakin mempercepat langkahnya.

Saya pun merasa takut, lalu berlari. Anjing itu pun berlari mengejar. Saya berteriak memanggil emak sampai-sampai mukenah terjatuh di jalan. Setelah masuk ke rumah, saya ceritakan bahwa mukenah saya jatuh. Emak membantu mengambilnya.

Apakah saya trauma lagi untuk tarawih di sana? Iya, mending saya tarawih di tempat satunya meskipun kami sering ditegur oleh takmir masjid karena sering membuat keributan.

Setelah pulang tarawih, saya dan teman-teman akan menyaksikan cantiknya kembang api di atas langit malam. Namun, itu hanya sebentar, papa saya akan marah kalau pulang lewat dari jam setengah sembilan malam.

Ah, kenangan itu membuat saya tersenyum sendiri membayangkan masa kecil dulu yang penuh dengan warna. Dari masa kecil itu saya  belajar untuk menjadikan malam di bulan puasa menjadi spesial dengan kegiatan-kegiatannya.


Kenangan di masa kecil mengajarkan saya untuk menghargai waktu. Waktu yang berjalan sekarang sangat berharga. Jangan sampai waktu itu terbuang sia-sia atau membuat kerugian pada diri sendiri atau orang lain.


Sayangnya, para sesepuh masjid selalu menyuruh kami berada di barisan belakang. Coba kalau diletakkan di depan, pasti kami tidak akan berkutik atau ketiduran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun