Mohon tunggu...
Meldy Muzada Elfa
Meldy Muzada Elfa Mohon Tunggu... Dokter - Dokter dengan hobi menulis

Internist, lecture, traveller, banjarese, need more n more books to read... Penikmat daging kambing...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Orang Dewasa Juga Imunisasi, Begini Aturan Pemberiannya

31 Juli 2016   02:48 Diperbarui: 31 Juli 2016   10:19 4412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pemberian Vaksin Pada Orang Dewasa (Sumber: www.thelambertfirm.com)

Dalam satu bulan terakhir, hangat dibicarakan vaksin palsu yang dampaknya berkembang luas, bahkan menjadi bola liar dan melebar menjadi isu-isu lain yang sampai sekarang terus menjadi perdebatan. Vaksin yang dipalsukan adalah vaksin yang diberikan kepada anak-anak sehingga menimbulkan kekhawatiran dari orang tuanya tentang bagaimana kesehatan anaknya di masa yang akan datang jikalau vaksin yang diberikan ternyata palsu.

Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang paling sukses dan efektif. Sebagai contoh, imunisasi telah menurunkan kejadian penyakit cacar dan sejauh ini mampu menurunkan insidensi polio secara global 99%. Imunisasi telah berhasil menurunkan angka morbiditas, kecacatan, serta mortalitas akibat penyakit difteri, tetanus, pertusis, dan campak. Bahkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pelayanan imunisasi yang efektif dapat menjadi salah satu pilar sistem kesehatan guna mencapai millennium development goals (MDGs).

Sebelum melangkah lebih jauh tentang imunisasi pada orang dewasa, lebih baik kita mengenal istilah imunisasi dan vaksinasi yang sering diartikan sama dan sering dipertukarkan penggunaannya. Secara teknis, istilah imunisasi berarti induksi agar terbentuk suatu imunitas dengan berbagai cara, baik secara aktif maupun secara pasif. Sementara vaksinasi menunjukkan tindakan pemberian suatu vaksin.

Kenapa orang dewasa perlu imunisasi?

Seringkali muncul, apakah alasan orang dewasa tetap membutuhkan imunisasi? Alasan pertama adalah karena pemberian vaksinasi sewaktu kecil tidak memberikan jaminan kekebalan yang tetap untuk seumur hidup. Di samping itu, vaksinasi telah terbukti memiliki peran yang sama pentingnya dengan diet dan olahraga dalam menjaga kesehatan.

Di Indonesia sendiri, imunisasi pada anak telah dimulai sejak lama dan tahun 1990 program imunisasi di Indonesia mencapai lebih dari 90% imunisasi dasar yang dikenal dengan Universal Child Immunization. Namun, imunisasi dewasa belum sepopuler dan seberhasil program imunisasi pada anak. Padahal, American Society of Internal Medicine menyatakan bahwa imunisasi pada dewasa dapat mencegah kematian 10 kali lipat dibandingkan dengan anak.

Berikut adalah fakta-fakta mengenai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi pada dewasa:

  • Influenza menyebabkan kematian sekitar 36.000 kematian dan 20.000 kasus rawat inap di Amerika Serikat setiap tahunnya.
  • Penyakit akibat pneumokokus (infeksi paru) menyumbang sekitar 4.500 kematian.
  • Human Papiloma Virus (HPV) menyebabkan sekitar 70% kanker serviks (leher rahim).
  • Setiap tahun terdapat 5.000 kematian akibat infeksi hepatitis B dan komplikasinya.
  • Sejumlah 20% pasien campak akan mengalami komplikasi akibat campak dan umumnya pada dewasa di atas 20 tahun.
  • Sekitar 1 juta orang Amerika terinfeksi virus varicella (cacar air) setiap tahunnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa imunisasi pada orang dewasa penting karena efektif dan efesien dalam mencegah berbagai penyakit.

Orang dewasa siapa saja dan apa saja vaksinasinya?

Siapa saja yang bisa mendapatkan vaksinasi:

  • Usia di atas 12 tahun yang ingin mendapatkan kekebalan penyakit tertentu
  • Mereka yang akan melakukan ibadah haji dan umroh
  • Orang dengan penurunan sistem imun karena penyakit kronik
  • Orang yang terinfeksi HIV/AIDS
  • Tenaga kesehatan
  • Orang lanjut usia diatas 60 tahun
  • Pasien yang ingin berpegian keluar negeri dengan negara-negara tertentu

Secara umum jika melihat daftar di atas, setiap orang dewasa boleh melakukan program imunisasi, namun diprioritaskan pada orang dengan kriteria nomor 2-7 tersebut untuk mendapatkan vaksinasi.

Karena vaksin pada orang dewasa masih terbatas, ada beberapa vaksinasi dasar yang sebaiknya direkomendasi pada orang dewasa sehat secara umum, yaitu

  • Vaksin influenza
  • Vaksin penumokokus
  • Vaksin hepatitis B dan
  • Vaksin Measles, Mumps, Rubella (MMR)

Terdapat 2 jenis untuk imunisasi yaitu:

  • Vaksin yang dilemahkan: vaksin ini bisa dari virus atau bakteri yang telah dilemahkan. Artinya dalam hal ini vaksin yang diberikan adalah vaksin hidup. Enam jenis vaksin hidup yang wajib diketahui adalah MMR (measles/campak, mumps/gondong, rubella/campak jerman), varicella (cacar air), yellow fever (demam kuning), BCG (tuberculosis), influenza/live attenuated influenza vaccine (influenza dilemahkan) dan polio oral.
  • Vaksin yang dimatikan: berasal dari mikroorganisme yang telah dimatikan. Sebutannya dalam hal ini adalah vaksin mati. Sebagai contoh vaksin mati yaitu vaksin influenza, hepatitis A dan B, pertussis (batuk anjing), kolera, tetanus, meningkokus (radang selaput otak), pneumokokus (radang paru) dan lainnya.

Aturan dan jadwal vaksinasi pada orang dewasa

Jika membaca rekomendasi dari berbagai sumber, maka banyak sekali vaksinasi yang dianjurkan. Namun penulis mencoba merangkum beberapa vaksinasi anjuran pada keadaan khusus pada orang dewasa.

  1. Tenaga Kesehatan (Dokter, Perawat, Bidan, Analis Laboratorim, Petugas Radiologi, Apoteker dan lainnya yang punya risiko tinggi terpajan)
    • Hepatitis B: Berikan 3 dosis (bulan 0, bulan 1 dan bulan 6)
    • MMR: Diberikan pada tenaga kesehatan yang lahir sesudah tahun 1957. Berikan 2 dosis secara sub kutan dengan selang waktu 4 minggu.
    • Varicella: Berikan 2 dosis secara subkutan dengan selang waktu 4 minggu
    • Influenza: Berikan 1 dosis setiap tahun. Jika vaksin mati (TIV) diberikan intramuskuler, jika vaksin hidup (LAIV) diberikan secara intranasal.
    • Meningokokus (lebih direkomendasikan untuk ahli mikrobiologi yang secara rutin terpapar oleh isolasi kuman N. meningitidis): usia <56 tahun diberikan vaksin MCV4 secara intramuskuler. Usia >56 tahun diberikan vaksin MPSV4 secara subkutan.
  2. Usia Lanjut/Geriatri (di atas 60 tahun)
    • Pneumokokus: Diberikan 1 kali secara subkutan atau intramuscular (usia >65, tanpa komorbid, <65 harus dengan penyakit komorbid seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronik, kencing manis, merokok, alkoholik, penyakit ginjal kronik, imunokompromise/daya tahan tubuh turun, obat-obatan lama, penyakit jantung).
    • Herpes Zoster: Dosis tunggal mulai usia > 60 tahun diberikan secara subkutan
    • Influenza: Direkomendasikan pemberian 1 kali setahun terutama yang menderita penyakit kronik atau tinggal di panti jompo. Diberikan secara intramuskuler.
  3. Jamaah Haji atau Umrah
    • Meningokokus: Diberikan vaksin meningokok tetravalent konjugat minimal 2 minggu sebelum berangkat. Jika melakukan vaksinasi kurang dari 2 minggu harus diberikan profilaksis Ciprofloxacin 500 mg dosis tunggal. Bagi jamaah yang sudah divaksin (kurang dari 3 tahun) tidak perlu vaksinasi ulang.
    • Influenza: Vaksin yang diberikan kepada jamaah haji adalah vaksin mati (TIV) yang berasal dari turunan virus influenza A dan influenza B. Vaksin diberikan minimal 2 minggu sebelum berangkat.
    • Pneumokokus:Juga diberikan minimal 2 minggu sebelum berangkat.
  4. Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
    • Jika CD4 < 200: Dapat diberikan vaksinasi mati. Tidak boleh memberikan vaksin hidup. Rekomendasi vaksinnya yaitu: Pneumokokus, Influenza, Hepatitis A dan Hepatitis B.
    • Jika CD4 > 200: Selain vaksinasi yang disebut di atas, boleh ditambahkan dengan vaksin yellow fever, MMR dan varicella.
  5. Setelah Operasi Pengangkatan Limpa (Splenektomi)
    • Infeksi pasca splenektomi biasanya sering disebabkan oleh bakteri tak berkapsul yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenzae, dan Neisseria meningitides. Vaksin yang direkomendasikan adalah Pneumokokus, Meningokokus,dan Haemophilus influenza B (HiB) jika tidak diberikan saat anak-anak.
  6. Wanita Hamil
    • Vaksin hidup: tidak diperbolehkan (kontra indikasi) selama kehamilan
    • Vaksin mati: boleh mulai pada trimester kedua. Direkomendasikan: Influenza TIV (inaktif). Jika ada indikasi: meningokokus dan pneumokokus. Jika ada risiko:Hepatitis A dan Hepatitis B.
  7. Penyaji Makanan
    • Hepatitis A: Tidak pernah terpapar: Usia > 19 tahun 2x dosis bulan 0 dan bulan 6-12 bulan diberikan secara intramuskuler. Baru terpapar: satu dosis immunoglobulin (Ig) 0.02 mL/kgBB sesegera mungkin. Pemberian vaksin 2 minggu sesudah paparan tidak terbukti efektivitasnya.
    • Tifoid: Vaksin hidup Ty21atersedia dalam bentuk kapsul dan diberikan secara oral selama 4 kali tiap 2 hari (hari ke-1, 3, 5 dan 7) dan diulang tiap 5 tahun atauvaksin mati ViCPS yang diberikan secara suntikan subkutan atau intramuskuler dan diulang tiap 3 tahun.
  8. Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
    • Hepatitis B: belum pernah atau rencana cuci darah/hemodialisa (HD): vaksinasi hepatitis B dosis 20 µg diberikan 0, 1, dan 6 bulan. Sudah cuci darah: vaksinasi hepatitis B dosis 40 µg diberikan 0, 1, 2 dan 6 bulan.
    • Influenza: sama dengan aturan vaksinasi influenza tenaga kesehatan
    • Pneumokokus: 1 kali dosis, diulang setiap 5 tahun.

Penutup

Edward Jenner mungkin boleh jadi tidak pernah mengira bahwa observasi, penelitian dan dan eksperimennya di tahun 1976 ternyata kelak dapat menyelamatkan dunia, ketika wabah penyakit cacar (smallpox) menyerang berbagai belahan dunia yang mengakibatkan kematian 1 dari 3 orang penderita. Penelitian tersebut membuktikan bahwa seseorang yang tertular cowpox (penyakit kulit yang diutularkan oleh sapi) memiliki imunitas terhadap smallpox. Untuk menghargai jasa Jenner itu, diperkenalkanlah istilah vaksinasi yang mengadaptasi “vacca” dari bahasa Latin yang berarti “sapi”.

Begitu pula dengan prinsip penulis. Mungkin sekarang mayoritas masyarakat masih membicarakan tentan vaksin palsu pada anak-anak, namun ternyata melupakan bahwa vaksin pada orang dewasa ternyata cukup penting untuk memperbaiki kualitas hidup. Mungkin tulisan ini hanya sederhana saja, tapi mungkin saja hal yang sederhana justru memberikan manfaat yang besar terhadap pengetahuan dan pengamalan kita semua.

Salam sehat,

dr. Meldy Muzada Elfa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun