Mohon tunggu...
Melati Octavia
Melati Octavia Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter & Blogger

Big Dream, Impact More.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tentang Menulis, Selera, dan Tanggung Jawab Penulis Industri

26 Januari 2023   17:42 Diperbarui: 26 Januari 2023   18:19 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kurun setahun terakhir, persoalan ini sering saya hadapi di industri kepenulisan sebagai pekerjaan. Ketika dulu profesi menulis yang digeluti identik dengan seseorang yang menghasilkan buku. Industri menulis saat ini menjelma dengan berbagai istilah beken dengan berbagai bentuk profesi, ada copywriter, content writer, seo writer, dan juga ux writer.

Bahkan selalu muncul istilah baru, seperti technical writer atau creative writer. Semuanya memiliki tujuan dan bentuk pekerjaan yang berbeda walau seringkali disalahpahami. Kami para penulis di industri ini, seringkali berulang - ulang berupaya mengedukasi bahwa semua profesi ini memiliki tugas dan tanggungjawab berbeda.

Walau tak jarang dalam praktiknya seringkali kita para penulis menjadi "rangkap tanggung jawab" karena satu dan lain hal. Baik itu karena pemahaman soal profesi yang berbeda ini, bisa juga karena kondisi perusahaan yang membutuhkan tanggung jawab lebih.

Kita pun sering mengedukasi sesama rekan profesi untuk saling bertumbuh dan rajin mengupgrade diri. Dalam implementasinya pun, baik itu pekerjaan full time, part-time, freelance seringkali kita berbenturan dengan berbagai jatuh bangun. Kadang ada masanya tulisan kita seperti tidak satu selera sehingga penulis merasa tidak berhasil memuaskan kebutuhan klien atau juga tim.

Berbeda dengan pekerjaan penulis fiksi yang notebene berkutat pada alur cerita. Para penulis industri (a.k.a copywriter dan kawan - kawan) seringkali dilihat dari berbagai aspek. Sebuah traffic, sales, branding yang kuat, juga membuat pembaca melakukan sebuah aksi tertentu beserta banyak tolak ukur lain yang menjadi tantangan seorang penulis industri.

Dalam implementasinya pun, seringkali bisa saja baik tapi ternyata pembaca tak menyukai sehingga traffic turun dan likes tidak banyak. Bahkan juga bisa kebalikannya, kalimat tidak begitu cantik menurut kita atau tim tapi anehnya menghantarkan banyak para pengunjung. Ada banyak keajaiban yang seringkali saya temui dalam proses menjalani lebih kurang 5 (lima) tahun lebih sebagai penulis industri.

Ada banyak selera dan juga rasa yang ternyata tak terungkapkan dari para klien atau atasan sehingga tak sampai dalam sebuah kalimat yang cukup memuaskan. Sehingga komunikasi dan juga tujuan utama tulisan itu berdampak tidak dalam cita - cita semestinya. Saya banyak belajar di industri ini bahwa ada banyak faktor yang menjadi acuan keberhasilan untuk mendapatkan "perhatian" dari para audiens yang kemudian dikonversi menjadi para konsumen.

Bukan soal kalimat cantik karena "selera kita'" saja. Tapi juga kalimat indah yang di kemudian hari akan dibicarakan orang - orang. Berperang dengan algoritma pencarian media sosial dan juga para mesin pencari raksasa, berkompetisi dengan para penulis industri di perusahaan kompetitor, dan juga sudut pandang "dekat" di kehidupan hari - hari seorang konsumen. Ada banyak tolak ukur yang seringkali dibutuhkan seorang penulis industri untuk crafting sebuah tulisan berdampak.

Tapi lagi - lagi kita sang penulis industri pasti pernah mengalami jatuh bangun sehingga harus belajar dan mengembangkan diri berdasarkan tolak ukur yang ada sebagai bentuk keberhasilan penulis industri.

Tak jauh berbeda saya pikir, bahwa penulis industri memiliki beban dilematis juga layaknya jurnalis di media yang berperang untuk berpihak pada objektifitas dan sudut pandang baik itu dari pemegang saham atau juga pemerintahan. Penulis industri juga seringkali berkutat pada empati dan nurani sebagai garda terdepan meresprentasikan perusahaan dan juga para klien dalam implementasinya. Jadi tak heran, ada banyak kasus UU ITE atau juga kasus iklan yang menyenggol persoalan SARA sebagai bentuk kampanye marketing pun kelak menyeret para penulis industri, seperti siapa copywriter-nya dan juga merilisnya ke khalayak ramai bahkan sampai ke meja hijau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun