Mohon tunggu...
Melati JuliaRahma
Melati JuliaRahma Mohon Tunggu... Freelancer - Literacy Enthusiast and Freelance writer

Hi everyone ! Pecinta buku dan travel ini akan membagikan beragam tulisan yang menarik dari sudut pandang kaum millenial. So, budayakan membaca yaa Salam hangat, Mela

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Siasat Pembentukan Karakter Anak Saat Sekolah Daring

23 September 2020   13:25 Diperbarui: 24 September 2020   12:40 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama enam bulan lamanya di saat pandemi seperti ini, sekolah mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi dilaksanakan secara daring (online). Hal ini pula yang menjadi episentrum konflik antara ibu dan anak. Utamanya untuk anak sekolah usia 6 hingga 12 tahun yang berada di bangku Sekolah Dasar. Anak di usia tersebut belum memiliki kesadaran penuh akan pentingnya belajar. 

Menurut psikolog anak Elly Risman ''Dunia anak-anak adalah dunia bermain, hanya saja sebagai orang tua patutnya mengarahkan agar kegiatan bermain tetap bermakna dan digunakan untuk membentuk karakter anak. Sayangnya orang tua lupa hal ini, sehingga kegiatan belajar terkesan kaku dan membosankan bagi anak''. 

Hal ini semakin diperparah saat kondisi pembelajaran dilakukan melalui gadget secara daring. Waktu belajar anak semakin panjang dan tidak jelas kapan anak bisa bermain, kapan anak bisa belajar. Hal ini karena materi serta tugas yang diberikan setiap hari tidak habis-habis. Belum lagi materi belajar yang sangat berbeda antara orang tua ketika jaman sekolah dengan kurikulum saat ini. Ditambah lagi dengan kasus anak  bersekolah di sekolah berstandart internasional yang menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pendamping atau matapelajaran muatan lokal yang sering kali tidak difahami oleh orang tua. 

Alih-alih ingin memilihkan sekolah terbaik untuk sang anak agar anak menjadi lebih baik, ketika di kondisi seperti ini menjadi orang tua pusing sendiri. Saat kondisi normal memang hal tersebut pertimbangan hampir semua orang tua, namun dikondisi seperti ini ketika peran orang tua jauh lebih besar dan menggantikan peran guru sebagai pendamping belajar sungguh menjadi polemik yang kusut di pihak orang tua.

Cara terbaik untuk tetap bertahan dikondisi seperti ini adalah mencari jalan tengah. Kemauan anak dan orang tua harus saling bertemu. Kunci pertama adalah ajak anak untuk berkomunikasi. Orang tua bisa menanyakan apa yang anak rasakan ketika sedang belajar secara daring, belajar sepeti apa yang membuat anak merasa nyaman serta matapelajaran bagian mana yang dirasakan anak kurang mampu difahami. 

Elly Risman juga menyatakan jika ''Komunikasi baik yang terjalin antara anak dan orang tua akan menjadi bonding antar keduanya. Anak sedari kecil mampu diajak komunikasi secara desawa asalkan pemilihan kata disesuaikan dengan kemampuan dan bahasa yang dimengerti sang anak''. Ketika komunikasi sudah terjalin, orang tua mampu mengerti apa yang dirasakan dan dinginkan anak, maka langkah selanjutnya ada di porsi orang tua sebagai pemegang kendali.

Kemudian menyusun jadwal harian selama seminggu juga akan  membantu. Penyusunan jadwal secara teratur akan memudahkan orang tua dalam membimbing tugas anak yang diberikan oleh guru serta dapat diimbangi dengan porsi bermain anak. Dengan jadwal yang teratur akan membiasakan akan memiliki pola kegiatan teratur dan dapat menghargai waktu. 

Jika dirasa anak sudah mulai jenuh atau capek sedangkan tugas harus dikumpulkan segera, jangan sekali-kali membentak atau memaksa anak. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan motivasi dan dukungan jika semua tugasnya akan segera berakhir dan anak telah menyelesikan tugas dengan baik. Sehingga anak merasa terapresiasi oleh orang tua.

Membuat selingan kegiatan belajar sambil bermain juga upaya yang dapat dilakukan untuk menarik minat belajar anak. Kegiatan belajar sambil bermain dapat memanfaatkan barang yang ada di rumah dan di konsep secara kreatif dan menarik. Misalkan belajar materi tentang pecahan uang yang sering kali tidak dimengerti anak, dapat dibuat menarik jika orang tua membuat konsep menyiapkan uang mainan yang dibuat dari kertas bekas. 

Hal ini dapat dilakukan bersama dengan sang anak, mulai dari persiapan kegiatan hingga menyimpan barang-barang sehabis digunakan bersama. Ini akan mengajarkan anak tentang berpikir kreatif dan bertanggungjawab. Jadi materi dapat disampaikan, anak merasa senang dan pembentukan karakter anak tercapai.

Masalah lainya yaitu terkait mata pelajaran yang dianggap susah oleh orang tua, yang biasanya merupakan kendala bahasa asing sebagai bahasa pengantar matapelajaran. Atau matapelajaran yang memang dirasa susah seperti matematika serta ilmu pengetahuan alam. Orang tua juga disarankan untuk terus belajar dan mencari sumber-sumber materi melalui internet, buku, guru kelas atau bantuan guru tentor. Orang tua disarankan untuk ikut sedikit memahami terkait materi tersebut sehingga diharapkan mampu penjelaskan kepada sang anak terkait tugas yang akan dikerjakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun