Mohon tunggu...
Melati JuliaRahma
Melati JuliaRahma Mohon Tunggu... Freelancer - Literacy Enthusiast and Freelance writer

Hi everyone ! Pecinta buku dan travel ini akan membagikan beragam tulisan yang menarik dari sudut pandang kaum millenial. So, budayakan membaca yaa Salam hangat, Mela

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ospek ala Indonesia

16 September 2020   09:16 Diperbarui: 16 September 2020   09:20 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fenomena ospek yang erat kaitanya dengan senioritas akan terus berlangsung bagai mata rantai yang tidak akan terputus. Rasa dendam yang bergulir dari generasi ke generasi akan terus ada. Tahun 2015 menteri pendidikan telah mengeluarkan peraturan jika kegiatan pengenalan kampus a.k.a ospek tidak boleh ada kegiatan perploncoan, jika hal itu masih terjadi maka pihak kampus akan ditindak lanjut.

Secara perundang-undangnya memang sudah jelas, tapi nyatanya kegiatan itu masih dibumbui dengan ajang balas dendam. Rasa ego senioritas masih tertanam, dengan mengedepankan hal "masa ospek gitu doang, enak banget. Ga kayak jaman kita dulu". Di rundown acara memang tidak ada ajang perploncoan, tapi panitia menyelipkan kegiatan itu pada agenda di siang atau menjelang sore hari. Ketika dosen tamu atau penanggungjawab sudah tidak ada di tempat kegiatan.

Bagai seorang pendakwa, senior akan menghakimi mahasiswa baru habis-habisan yang tak jarang mengeluarkan kata yang tak pantas diucapkan oleh seorang mahasiswa . Jika terlihat tidak ada salah, maka mahasiswa tersebut akan didekati dan dicari kesalahan yang memang tidak masuk akal untuk diperdebatkan terlalu dalam. Mereka sekedar mencari bahan untuk dibahas dan diperdebatkan seolah-olah mahasiswa baru telah melakukan kesalahan paling fatal.

Tapi, hal ini berbeda dengan kegiatan pengenalan kampus di negara lain. Pengenalan kampus ya tetap pengenalan kampus. Mahasiswa baru lebih dikenalkan dengan fasilitas yang akan ia dapatkan selama menjadi mahasiswa, dikenalkan tentang budaya riset kampus, diajarkan bagaimana menjadi mahasiswa berkualitas dan berprestasi secara akademik dan non akademik. Jadi sampai sini jelas bukan kenapa di kampus negara kita banyak mahasiswa tingkat akhir yang belum juga lulus ?

Di  masa pandemi saat ini segala kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring termasuk kegiatan ospek, hanya saja masih terdapat adegan drama untuk menyalurkan ajang balas dendam yang terselubung dengan misi pendisiplinan mahasiswa. Alih-alih untuk melakukan jobdesc sebagai komisi pendisiplinan mahasiswa dengan cara menegur dan membuat drama dengan cara membentak mahasiswa baru. Menjadikan senior seolah-olah sangat berkuasa dan paling benar. 

Hal tersebut dirasa seperti komedi di tengah kondisi seperti ini. Hanya untuk mengedepankan ego senioritas, video pembentakan tersebut tersebar di sosial media dan menjadi pusat adu argumen dikalangan netizen. Bukan hanya pihak perseorangan yang mendapat sanksi sosial, namun pihak rektor kampus terkait ikut berkeringat dingin menghadapi masalah ini.

Ajang perploncoan dan mendidik dengan cara membentak dan mencari-cari kesalahan sepele untuk diperdebatkan adalah cara kuno. Itu cara jaman kolonial. Jaman sudah berubah dan akan terus berubah. Jika manusianya tidak merubah mindset, yang ada malah tidak akan adaptif dan berkembang.

Menurut beberapa penelitian cara mendidik yang elegan adalah dengan berdiskusi. Adanya diskusi akan menjadikan komunikasi dua arah. Hal ini yang akan membentuk pola pikir seseorang untuk merespon suatu hal secara spontan dan melatih komunikasi seseorang agar terbiasa berbicara "to the point" dan dapat menggambarkan secara jelas apa yang ada dalam pikiran dia sehingga mudah dipahami oleh orang lain namun tetap harus sopan dan santun.

Selain itu juga melatih seseorang berpikir secara runtut namun kompleks. Perbincangan yang berlangsung saat diskusi memang hendaknya memiliki alur yang jelas dan dibimbing oleh satu orang pengarah diskusi. Sehingga tidak melebar kemana-mana dan jelas apa poin penting serta kesimpulanya.

Bagi Yang terhormat Bapak/Ibu pengawas kegiatan hendaknya memantau secara menyeluruh dan dalam agar hal ini cukup sampai di generasi ini.

Jadi untuk calon kakak panitia yang terhormat, apa masih mengedepankan ego?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun