Mohon tunggu...
Melathi Putri Cantika
Melathi Putri Cantika Mohon Tunggu... Freelancer - keterangan profil

Passionate Word Crafter

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Antara "Authority Issue" dan Kepatuhan Perempuan

23 Oktober 2020   19:46 Diperbarui: 26 Oktober 2020   05:22 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan dengan kemampuan multitasking. (sumber: SHUTTERSTOCK/KIT8.net)

Pertama yang salah adalah asumsi bahwa perempuan itu ingin menikah. Bukankah semua orang punya pilihannya masing-masing? 

Bagaimana bila perempuan-perempuan yang dimaksud ini memang tidak ingin menikah, apalagi dengan orang yang mempunyai authority issue seperti penggaung narasi perempuan harus patuh ini?

Kedua, saya rasa ada yang salah dengan orang-orang yang mementingkan perempuan patuh untuk dijadikan pendamping hidupnya. Kira-kira mengapa mereka butuh orang yang mengiyakan semua omongannya bak titah raja yang tidak terbantahkan? 

Tentu cukup masuk akal bila saya berkata salah satu alasannya adalah karena mereka terbiasa tidak didengar. Mereka tidak punya cukup wibawa untuk dijadikan sebagai seseorang yang didengarkan omongannya. 

Sehingga bisa jadi dan sangat masuk akal bila mereka mencari pelampiasan lain agar hasrat memberi komando tetap tersalurkan. Hal ini lazim disebut authority issue.

Lagipula, saya tidak melihat adanya urgensi agar perempuan lebih banyak mendengar dan lelaki harus memerintah. 

Dewasa ini, perempuan banyak mengakses pendidikan sebanyak lelaki. Mereka juga diperhitungkan dalam pemilihan umum sebagai satu suara bulat yang menentukan pemimpin. 

Di dunia akademik pun saya tidak melihat bahwa perempuan sangat inferior terhadap lelaki. Saya juga tidak ingin mengklaim bahwa perempuan lebih pintar dari lelaki, sebab saya yakin pada dasarnya perempuan dan lelaki memiliki kemampuan intelejensi yang sama. Sehingga, apa pentingnya perempuan harus selalu mengamini perkataan lelaki?

Fakta bahwa lelaki dan perempuan memiliki basis intelejensi yang sama diungkapkan dalam buku berjudul Delusion of Gender. 

Buku itu memberi jawaban mengapa perempuan terlihat lebih pantas bekerja pada bidang yang berkaitan dengan pengasuhan sedangkan lelaki pada bidang lain yang lebih tidak terbatas. 

Jawabannya adalah konstruksi sosial. Harapan masyarakat pada perempuan agar lebih berlemah lembut dan lebih melek mengenai bagaimana cara merawat anak, adalah pelaku yang pantas disalahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun