Mohon tunggu...
Melathi Putri Cantika
Melathi Putri Cantika Mohon Tunggu... Freelancer - keterangan profil

Passionate Word Crafter

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Moral Hazard: Bagaimana Saya Kehilangan Dua Potong Celana Milik Ibu

10 Juli 2020   11:29 Diperbarui: 10 November 2021   10:45 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Dua Potong Celana

Dalam pembahasan Ekonomi Publik terdapat istilah moral hazard atau risiko moral. Artinya, seseorang akan melakukan tindakan di luar keharusan karena merasa bahwa risiko akan ditanggung oleh pihak lain. 

Beberapa artikel yang saya baca sebelumnya hanya menjelaskan mengenai contoh-contoh penipuan asuransi. Pemegang premi akan melakukan kunjungan yang tidak perlu karena uangnya ditanggung oleh perusahaan asuransi. 

Jauh dari itu, beberapa tahun yang lalu sebelum saya mempelajari apa itu moral hazard, ternyata saya lebih dulu menjadi saksi bagaimana moral hazard bekerja. Pernahkah ada seorang kawan yang meminjam buku dan tidak kunjung dikembalikan sampai berpindah hak miliknya? (Baca: Diikhlaskan pemilik buku) 

Itulah ilustrasi moral hazard yang sekaligus memantik emosi para kutu buku.

Beberapa tahun setelahnya, saya malah yang jadi korban moral hazard. Pada tahun pertama saya menjadi mahasiswa, seorang kawan yang menempuh pendidikan pada sebuah akademi menghubungi saya karena ia akan meminjam celana panjang training. Saat itu, karena saya juga tidak punya banyak celana panjang, saya ambilkan dua potong celana panjang milik ibu tanpa izin. 

Pikir saya, barang tentu akan kembali dalam 1-2 bulan sesuai dengan durasi masa orientasinya. Ternyata satuan waktunya salah. Bukan 1-2 bulan tapi lama-lama melebar jadi tahun. Mungkin sebentar lagi melebar menjadi "anak". Dikembalikan setelah saya punya dua anak. Atau mungkin setelah saya melewati dua kehidupan? Sungguh, hanya tuhan yang maha tahu.

Yang saya sesalkan adalah waktu itu saya tidak izin pada pemiliknya dan setiap ibu saya mengeluh kenapa celananya tinggal sedikit saya berpikir 1000x hingga tidak pernah berkata bahwa celananya dipinjam begundal yang bahkan menghapus nomor saya (Terlihat dari story Whatsappnya yang tidak pernah muncul) 

Tidak hanya sekali, saya jadi korban moral hazard untuk kesekian kalinya ketika saya berkunjung ke Lembang, Jawa Barat. Kala itu rombongan saya bertolak ke tempat selanjutnya selepas mengunjungi Lembang Farm House. Saat ngetem karena menunggu anggota yang belum lengkap, ada beberapa penjual asongan yang memasuki bus kami. 

Ada satu pedagang yang menarik perhatian saya. Bukan karena ketampanannya sebab ia sudah mamang-mamang. Melainkan karena ia membawa sesuatu dengan bungkus anyaman bambu berbentuk kotak-kotak kecil.

Setelah sempat bertanya-tanya kepadanya, saya memutuskan membeli benda itu (Yang ternyata mochi) dengan kertas berwarna merah diatasnya. Rasa stroberi, kata si penjual. Harganya hanya Rp. 10.000 per 3 kotak. 

Sesampainya saya di kost, ternyata saya baru sadar saya kena tipu karena kertas berwarna merah itu sama sekali tidak mengindikasikan rasa. Ternyata isinya kacang hijau! Saya sempat mengomel karena sebal. Sebetulnya rasanya lumayan untuk ukuran saya yang belum pernah mencicipi kue mochi. Tapi saat itu saya benar-benar merasa ditipu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun