Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Covid-19 dan Perubahan Iklim Itu Nyata, Bukan Mitos

17 Mei 2020   20:18 Diperbarui: 17 Mei 2020   20:15 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Bumi yang Tak Dapat Dihuni (dokumentasi pribadi)

Apa yang akan terjadi di dunia ini secepat-cepatnya pada tahun 2050 bila tidak segera sadar menyadari adanya perubahan iklim? Dan apa hal paling buruk yang bisa terjadi pada tahun 2100?

Semuanya diceritakan dalam buku 'Bumi yang Tak Dapat Dihuni', yang edisi bahasa Indonesianya diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama, secara menyeramkan tapi dengan bahasa yang memasyarakat dan nyaman untuk dibaca. Apresiasi tertinggi untuk penerjemah dan editornya!

Di buku ini, dijelaskan unsur-unsur kekacauan yang menyebabkan bumi tidak lagi dapat dihuni. Salah satunya adalah wabah. Betul bila ada yang mengatakan bahwa bakteri dan virus sudah menghuni Bumi sejak jutaan tahun lalu. Tapi bukan berarti kita tidak perlu mencuci tangan sebelum makan (orang yang tidak mencuci tangan sebelum makan sebenarnya orang jorok saja, sih).

Beberapa dari mereka terperangkap di es abadi yang ada di Alaska dan Artika. Bila pemanasan global terus terjadi dan es-es abadi itu meleleh, bukan tidak mungkin penyakit-penyakit purba itu muncul lagi.

Tapi itu bukan yang paling mengkhawatirkan. Tantangan nyata dunia medis saat ini adalah bakteri dan virus yang sekarang ada berpindah tempat, berubah, bahkan mengalami evolusi lanjutan karena pemanasan global.

Seperti virus Corona penyebab Covid-19?

Dari yang aku baca di situs who.int, belum ada bukti yang menunjukkan secara langsung bahwa Covid-19 muncul karena perubahan iklim. Tapi, bisa jadi perubahan iklim secara tidak langsung menyebabkan munculnya Covid-19. Sebab seperti penyakit pandemi yang terjadi beberapa tahun belakangan ini, penyakit Covid-19 asalnya dari hewan liar. Ada bukti yang mengatakan bahwa desakan yang dilakukan manusia terhadap lingkungan dapat mendorong munculnya penyakit.

Contohnya, ada dalam buku Bumi yang Tak Dapat Dihuni ini. Di Brazil, dari generasi ke generasi sebelumnya, demam kuning terbatas di Lembah Amazon tempat hidup nyamuk Haemagogus dan Sabethes. Demam kuning hanya menyerang orang-orang yang hidup, bekerja, dan bepergian ke rimba Amazon. Namun pada tahun 2016, nyamuk-nyamuk penyebab demam kuning menyebar keluar dari hutan hujan dan tahun 2017, demam kuning sudah mencapai daerah di sekitar Sao Paulo dan Rio de Janeiro. Lebih dari 30 juta orang terkena penyakit tersebut dan 3-8 persennya meninggal dunia.

Ada yang bilang, bahwa virus dan kuman memang selalu ada di hidup manusia jadi jangan terlalu risau pada virus. Ya memang. Tapi Wallace-Wells mengajak kita menengok sejenak pada kasus mega-death Saiga, antelop yang hidup di Asia Tengah, yang terjadi pada bulan Mei 2015. Saat itu ratusan ribu bangkai Saiga tiba-tiba mati bergelimpangan. Ada yang bilang, mereka teracuni oleh bahan bakar roket, ada yang bilang mereka terkena radiasi, sampai ada yang bilang mereka dibunuh oleh alien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun