Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Masyarakat dan Wabah, Dulu dan Sekarang

4 April 2020   17:38 Diperbarui: 4 April 2020   17:48 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tampilan buku Wabah di iPusnas (dokumentasi pribadi)

Kurang lebih 100 tahun yang lalu, dunia dirundung duka. Dunia diserang oleh wabah flu. Para ahli percaya bahwa pada kurun waktu 1918-1919, lebih dari 50 juta orang meninggal. Ini belum termasuk orang-orang yang tinggal di daerah padat penduduk di Asia dan Afrika. Flu membunuh banyak orang di setiap benua kecuali Antartika.

Pada masa itu, di banyak kota di Amerika dan Eropa menutup teater, gereja, dan ruang publik lainnya untuk menghentikan penyebaran virus flu. Orang-orang yang bepergian keluar rumah harus menutup hidung dan mulut dengan masker. Namun nyatanya, hal tersebut belum bisa membendung jumlah kematian akibat flu.

Hingga pada suatu hari, setelah 18 bulan penduduk dunia diteror oleh flu, orang berhenti sekarat. Penyakit mematikan itu menghilang hampir secepat penyebarannya tanpa ada yang tahu alasan pastinya. Aku membaca cerita ini di sebuah buku yang diterjemahkan oleh KPG dari National Geographic berjudul Wabah.

Di tahun 2020, sudah lebih dari 2 minggu orang-orang disarankan untuk tidak keluar dari rumah. Pusat-pusat perbelanjaan banyak yang tutup. Pemerintah menghimbau pada warga untuk tidak kumpul-kumpul. Apakah jumlah orang yang dinyatakan positif terinfeksi Covid 19 menurun? Nyatanya tidak.

Jumlah orang yang dinyatakan positif terinfeksi covid 19 setiap harinya semakin bertambah. Demikian juga dengan jumlah orang yang meninggal setelah terinfeksi. Ini jumlah yang berhasil didata oleh pemerintah. Banyak orang yang percaya bahwa yang terinfeksi covid 19, sebenarnya jauh lebih banyak. Aku baca di tempo.co.id, Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat, mengisyaratkan hal tersebut.

Aku yakin tidak ada yang sanggup untuk menunggu 18 bulan sampai pandemi ini benar-benar berakhir. Masyakat dunia saat ini jauh berbeda dengan masyarakat dunia seratus tahun lalu.

Saat ini, ketika masa darurat diperpanjang sampai pada waktu yang tidak ditentukan, orang-orang mulai banyak yang keluar dari rumah. Orang-orang sudah jenuh berdiam diri di rumah.

Sebagian orang mungkin sudah tidak punya tabungan untuk terus berdiam diri di rumah. Masyarakat hari ini bukan hanya bertani, berdagang, dan beternak seperti orang-orang dulu. Walaupun penyelesaian terhadap masalah yang sama belum berubah.

Buku dari serial Selidik National Geographic ini dirilis tahun 2008. Saat itu, dunia sedang bergelut dengan virus H5N1 yang menyerang hewan unggas.

Ilmuwan khawatir pada kemungkinan virus ini menular pada manusia. Ilmuwan di Eropa dan Amerika, dengan tekunnya, bekerja dengan keras supaya manusia lebih siap berhadapan dengan virus bila terjadi wabah.

Nyatanya, kita tidak pernah siap menghadapi wabah yang datang. Sebagian orang menuding pemerintah yang tidak siap. Pokoknya memang tidak siap.

Dalam buku Wabah ini, WHO sudah memperkirakan bahwa epidemi flu dapat menyebabkan lebih dari dua juta orang meninggal dunia. Dampak terbesar akan dialami oleh negara berkembang. Dan di sinilah kita berada. Di negara tempat membaca linimasa Twitter dapat menjadi sumber sakit kepala tambahan.

Di dunia modern, penanganan wabah bukan hanya membutuhkan obat dan vaksin. Yang paling penting adalah dibutuhkan perubahan sikap. Aku sangat senang dunia belakangan ini orang lebih peduli pada kesehatan dan kebersihan.

Kata tukang buah dan tukang sayur di dekat rumahku, orang lebih banyak memesan buah dan sayuran daripada daging belakangan ini. Di kantor-kantor dan tempat umum, mereka menyediakan tempat cuci tangan atau handsanitizer.

Tidak ada orang-orang berseragam RS yang berkeliaran di tempat makan dekat rumahku seperti sebelum-sebelumnya. Aku yakin mereka cukup peduli untuk tidak keluar RS mengenakan seragam atau identitas profesi mereka.

Tentu saja ini baik. Semoga kebaikan-kebaikan kecil ini diikuti oleh kebijakan yang betul-betul bijaksana dari kelompok orang yang berwenang.

Identitas buku:

Judul: Wabah:Sains Menjaga Kesehatan Global

Penulis: Charles Piddock

Konsultan: Caryn Oryniak

Edisi Bahasa Indonesia diterbitkan oleh KPG tahun 2012

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun