Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Setahun Menjalani Pekerjaan yang Berharga

15 Januari 2020   12:37 Diperbarui: 15 Januari 2020   12:51 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amplop pembungkus buku-buku yang dikirimkan oleh Bukumee (dokumentasi pribadi)

Disclaimer:

Ini adalah kisah dan pengalamanku. Tidak mewakili apa dan siapa pun. Orang lain bisa memiliki pengalamannya sendiri dalam mendefinisikan pekerjaan yang berharga.

Di buku Outliers, Gladwell menanyakan pada pembaca: "jika saya menawarkan sebuah pilihan antara menjadi arsitek bergaji $75.000 setahun dan bekerja sebagai penjaga karcis tol setiap hari selama hidup demi $ 100.000 setahun, mana yang akan Anda ambil?"

Pertanyaan ini, pernah aku terima dari seorang teman. Tidak sama persis, sih. Tapi intinya dia bertanya: mengapa aku memilih melepaskan profesi apoteker dan merintis sebuah toko buku?

Di ulang tahun Bukumee yang pertama (harusnya kemarin, sih), izinkan aku membagi jawaban itu dengan pembaca semua.

Beberapa orang yang dekat denganku tahu betul bahwa dunia obat-obatan adalah dunia yang sangat menarik bagiku. Aku belajar dengan tekun selama kurang lebih 4,5 tahun aku kuliah hingga mendapat gelar "sarjana farmasi, apoteker". Obat-obatan adalah keajaiban yang diciptakan dalam penelitian yang panjang dan aku selalu terpesona olehnya.

Sampai sekarang, aku masih mengikuti perkembangan penemuan obat baru, obat-obat apa saja yang ditarik dari peredaran, dan semacamnya. Di beberapa kesempatan, aku juga masih menulis tentang obat-obatan di Kompasiana.

Namun setelah aku bekerja beberapa tahun sebagai apoteker, aku merasa aku tidak punya harapan untuk berkembang. Banyak hal yang tidak sesuai dengan apa yang aku pelajari. Aku merasa menjadi penjaga karcis tol yang hidup demi $ 100.000 setahun itu.

Aku berbicara pada bapakku soal ini. Dia harus tahu apa yang aku alami, aku rasakan, dan apa yang akan aku lakukan. Bagaimanapun, bapakku yang membiayai kuliahku dari awal sampai akhir. Bapakku bilang, mungkin aku hanya berada di tempat yang salah. Mungkin beliau benar.

Tapi di mana tempat yang benar? Aku yakin tempat itu ada. Tapi ke mana aku mencarinya?

Aku kemudian berkata pada bapakku, aku ingin banyak membaca, sebuah hobi yang aku tekuni sejak aku masih sangat muda, dan menulis. Bapakku berkata, "lakukan saja apa yang mau kamu lakukan. Yang penting, bantu suamimu. Jangan bertengkar sama dia."

Yah, kalimat itu cukup bagiku. Kalimat itu cukup menguatkanku memulai lembaran baru. Kalimat itu cukup untuk menjadi tameng dari orang-orang yang bilang, "sayang banget sekolah apoteker, tenaga kesehatan, tapi pekerjaannya jualan buku."

FYI saja, apoteker itu bukan tenaga kesehatan. Apoteker adalah tenaga penunjang medis. Dan aku nggak peduli dengan omongan orang. Toh bukan mereka yang mengeluarkan uang untuk pendidikanku.

Setahun yang lalu, suamiku mendapatkan bonus yang cukup besar. Dia menjadikan uang itu sebagai modal untuk menjadi reseller buku-buku dari sebuah penerbit. Yah, namanya dulu baru mulai ya. Kami masih belum tahu apa yang harus kami lakukan.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, dengan uluran bantuan dari banyak orang baik (terutama dari pihak penerbit dan penulis), kami sudah berjalan jauh dari tempat kami mulai dulu. Walaupun perjalanan kami masih belum selesai. Kami memang belum mencapai tempat yang mapan.

Saat ini, dengan Bukumee, aku lebih menikmati kehidupanku. Menurutku, menjadi pedagang buku ini adalah pekerjaan yang berharga. Aku bisa bereksperimen dan memaksimalkan kemampuan dan pengetahuan yang aku miliki. Ini yang sulit aku lakukan saat masih bekerja sebagai apoteker karena satu dan lain hal.

Aku bisa mempraktekkan tips yang aku dapat di internet, mengadakan promo ini dan itu, membuat konsep desain di sosial media (yang mengeksekusi desain adalah suamiku karena aku masih segaptek itu), melakukan promosi di marketplace, dan sebagainya. Ada otonomi yang aku miliki. Ada hubungan usaha dan imbalan yang aku rasakan.

Aku juga memiliki banyak waktu untuk membaca dan menulis. Ya, aku malah dituntut untuk lebih banyak membaca. Tapi aku menikmati prosesnya. Aku rasa, ini baik untuk kesehatanku.

Kemarin, di sosial media, aku melihat seorang bidan membagikan lowongan pekerjaan. Dia menulis, "loker untuk di klinik. Dibutuhkan D3 apoteker. Berminat chat me."

Well, nampaknya, dunia lama belum berubah. FYI lagi, tidak ada apoteker yang lulusan D3. Seseorang mendapatkan gelar apoteker kalau sudah lulus sarjana farmasi dan melanjutkan kuliah ke jenjang profesi apoteker.

Bukan apa-apa. Dulu, ketika aku kuliah, aku belajar etika profesi. Kami mengenali apa yang menjadi tugas kami dan di mana wilayah kerja kami. Kami juga mengetahui siapa kolega kami, apa tugas mereka, sejauh apa wewenang mereka, dan bagaimana kami bisa bekerja sama untuk sebuah tujuan yang besar. Namun prakteknya, yang aku temui, orang-orang tidak ada yang peduli. Yang mereka pedulikan adalah apa yang mereka anggap benar.

Biarlah. Sekarang aku sedang menikmati dunia baruku. Mungkin di mata orang aku masih menyedihkan dan menderita. Tidak semua orang yang aku kenal mendukungku. It's okay. Sebagai gantinya, aku mendapat banyak uluran tangan dari orang-orang yang tidak terduga. Orang-orang yang sebelumnya tidak aku kenal, kini menjadi teman baik.

Bukankah itu menyenangkan?

Aku juga tahu, dengan sumber daya yang aku miliki sekarang, Bukumee masih butuh waktu lama untuk di posisi mapannya. Tapi tak apa. Aku berharap aku memenuhi semua kesempatan yang aku miliki di Bukumee. Entah mengapa, semua kerja yang aku lakukan di Bukumee terasa begitu bermakna.

Aku yakin dia bisa tumbuh dengan mapan di Bekasi dan memenuhi kebutuhan hidupku. Aku rasa, ketika saat itu tiba aku akan merasa sangat puas. Selamat menapaki tahun pertama, Bukumee. Semoga panjang umur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun