Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Privilege Itu Ada, Nggak Perlu Disangkal atau Dipergunjingkan

18 November 2019   16:46 Diperbarui: 20 November 2019   03:34 1953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak beberapa waktu yang lalu, beranda Twitterku penuh dengan orang-orang yang berbicara tentang privilege. 

Orang-orang yang 'dituduh' punya privilege berusaha menyangkal karena mereka merasa berupaya keras untuk mendapatkannya. Orang-orang lainnya, sibuk mengatakan bahwa tanpa privilege, tertuduh ini bukan apa-apa.

Setiap aku membaca tulisan orang-orang ini aku selalu berkata: tidak adakah hal lain yang bisa diperbincangkan?

Aku baru saja membaca sebuah buku berjudul Outliers yang ditulis oleh Malcolm Gladwell. Bab 1 buku ini menjelaskan bahwa orang-orang sukses, tidak pernah berangkat dari nol. 

Mereka adalah penerima berbagai keuntungan yang tersembunyi, kesempatan yang luar biasa, dan warisan budaya yang membuat mereka bisa belajar dan bekerja keras serta menghadapi dunia dalam cara yang tidak bisa dilakukan orang lain.

Bab 1 buku ini berjudul "Efek Matius". Aku tidak mau membicarakan tentang efek Matius ini karena diambil dari ayat kitab suci sebuah agama. Takutnya, pemahamanku yang hanya aku dapat dari buku ini tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. 

Jadi, aku mau membahas tentang kesuksesan seseorang yang bukan sekadar hasil kerja keras individu. Lingkungan, komunitas, dan peraturan juga memiliki pengaruh terhadap seseorang. Sehingga orang ini bisa disebut sukses sedangkan yang lainnya tidak.

Contoh yang ditampilkan dalam buku ini adalah tentang pemain hoki. Hoki di Kanada mungkin seperti sepakbola di Inggris atau bulutangkis di sini.

Ribuan anak Kanada mulai bermain hoki sejak mereka masih kecil. Setiap kelas usia disediakan liga. Dan pada setiap tingkatan para pemain akan dipilih, disaring, dan dievaluasi. Mereka yang terlihat berbakat, akan dipisahkan dan dipersiapkan untuk tingkat selanjutnya.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa setiap kelompok pemain hoki elit di seluruh Kanada sebagian besar pemain hebarnya dilahirkan antara bulan Januari sampai Maret. 

Penjelasannya adalah batasan umur penerimaan untuk berbagai kelas usia hoki di Kanada adalah tanggal 1 Januari. Artinya, anak-anak yang lahir Januari sampai Maret ini lebih tua dari anak yang lainnya.

Pada awalnya, kelebihan pemain ini bukan karena dia lebih baik, hanya karena dia lebih tua beberapa bulan dan badannya lebih besar daripada anak seusianya. 

Dia kemudian mendapatkan pelatihan yang lebih baik dari teman-teman satu timnya. Sehingga pada usia 13 tahun atau 14 tahun, dia menjadi lebih baik daripada teman-temannya sehingga memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk masuk ke liga Mayor Junior A. Dan seterusnya.

Bias seperti ini, bukan hanya di bidang olahraga. Ini muncul juga di bidang dengan konsekuensi yang lebih berat: pendidikan. Jaman aku sekolah dulu, ada yang namanya sekolah favorit (sekarang masih ada nggak sih?). 

Dari tingkat SD, sudah ada sekolah-sekolah yang menjadi sekolah unggulan dengan guru-guru yang lebih memiliki passion untuk mengajar dan fasilitas belajar yang memadai. Anak-anak SD yang sudah lulus kemudian disaring berdasarkan nilainya.

Ada SMP yang menjadi favorit orang-orang karena guru-gurunya yang baik mengajarnya dan fasilitas yang lebih lengkap. SMP ini menerima siswa-siswa dengan nilai yang tinggi. 

Yang nilainya kurang, akan bersekolah di sekolah yang secara kualitas lebih rendah. Begitu seterusnya sampai perguruan tinggi.

Intinya, di masa sekolahku dulu, semua sekolah negeri itu sama adalah omong kosong. Pada akhirnya, mengapa ada lulusan universitas tertentu lebih banyak mendudukkan alumninya di jajaran pejabat pemerintahan sedangkan yang lain tidak? 

Karena memang lulusan universitas tertentu ini adalah orang-orang terbaik yang sudah disaring berkali-kali. Artinya, sebuah sistem juga menjadi daya dukung kesuksesan orang-orang tertentu.

Apakah orang yang di luar struktur tersebut bisa sukses? Tentu saja.  Dia mendapat privilege yang berbeda. Seadil itu kok Tuhan, aku yakin. Yang perlu dilakukan hanyalah bagaimana memaksimalkan apa yang sudah Tuhan berikan untuk kita. 

Setiap orang harus bekerja keras dan bersemangat dalam menjalani hidup. Namun Tuhan memang memberikan kelebihan dan kekurangan pada setiap individu yang hidup di dunia ini.

Inti dari tulisan ini adalah, kalau emang kamu sukses nggak perlu sombong. Walaupun orangtuamu orang biasa saja, walaupun kamu begadangan setiap malam, walaupun sekeras apapun upayamu untuk menjadi sukses. 

Kamu mendapat kesempatan yang lebih daripada yang lain untuk bisa sukses. Bersikaplah rendah hati.

Untuk yang masih meniti jalan, jangan alihkan fokus dan energi untuk nyinyirin orang. Biarkan dia yang sudah sukses menurut diri mereka. Fokuslah untuk meniti jalan kita sendiri. 

Nggak perlu buang-buang waktu untuk menunjukkan privilege yang dimiliki orang lain. Fokus saja dengan privilege yang kita punya untuk mengembangkan diri kita.

Masih dari buku Outliers ini, ada cerita dari sebuah kota bernama Roseto di Pennsylvania. Walaupun warganya perokok berat, suka makan makanan berlemak, dan punya masalah obesitas, mereka hidup dengan sehat. 

Jarang orang-orang Roseto meninggal karena penyakit jantung atau penyakit kronis sejenisnya. Orang-orang tua meninggal karena mereka sudah uzur.

Salah satu rahasianya, karena mereka tinggal di komunitas yang sehat. Mereka memilih etos egaliter dalam hidup bermasyarakat, yang mendorong orang kaya untuk tidak memamerkan kekayaan dan menolong orang yang tidak seberuntung mereka. 

Tidak ada seorangpun dari warga Roseto yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Aku harap, kita bisa menjadi anggota komunitas yang sehat dengan tidak memamerkan apa yang kita punya dan menggunjingkan apa yang dimiliki orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun