Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Tidak Ada yang Salah dengan Membaca untuk Kesenangan

1 November 2019   09:34 Diperbarui: 1 November 2019   17:58 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi orang membaca buku (sumber: pxhere.com)

Di hari Minggu yang cerah lalu, suamiku menunjukkan chat dari temannya. Chat itu berbunyi, "Kalau kamu suka membaca buku, jangan sekadar beli buku dibaca kemudian menjadi anggota sekte penimbun buku. Kamu harus berbuat sesuatu yang lebih supaya hobi membacamu itu mendapatkan nilai. Mengirimkan ulasan buku ke koran, atau menulis, atau berjualan buku."

Aku kemudian mengernyitkan dahi, memutar bola mataku ke atas, menarik nafas dalam, dan mengembuskannya dengan cepat. Mood-ku yang tadinya cerah menjadi muram. Sebel aja mendengar pernyataan itu. Kenapa sih, semua-mua harus mendapat nilai berupa uang? Emangnya salah kalau membaca buku hanya sebagai aktivitas hiburan?

Kata suamiku, temannya ini adalah "korban" seminar tentang bisnis dan passion atau semacamnya. Menurut dia, semua hal yang dikerjakan harus bisa menghasilkan uang. Jangan sampai ada kegiatan yang sia-sia. Ya ampun, membaca untuk senang-senang juga bukan hal yang sia-sia kali. 

Suamiku sedang senang-senangnya membaca buku. Mungkin temannya itu melihat update-an status dia tentang buku atau dia sengaja membagikan buku yang dia baca ke temannya. Ya, nggak apa-apa juga. Kalau ada sesuatu yang menarik hati kan naluri manusia memang ingin berbagi. Tapi ya harus siap saja dengan segala komentar orang. Tapi kok ya dikomentari kayak gini rasanya gimana, ya...

Aku adalah orang yang percaya kalau pembaca buku tidak harus menjadi penulis, penjual buku, pengulas buku berbayar, atau hal-hal yang berkaitan langsung dengan perbukuan.

Bahkan, menjadi pembaca buku juga tidak harus jadi anggota sekte penimbun buku. Seperti cinta yang tak harus memiliki. Kamu bisa membaca buku dengan meminjamnya di perpustakaan. Apalagi sekarang ada perpustakaan digital yang bisa diakses di rumah lewat gawai sambil leyeh-leyeh.

Bisa saja sih, seiring dengan banyaknya buku yang dibaca, keinginan untuk menulis itu semakin besar. Itu memang tidak bisa dipungkiri. Aku juga merasakan hal itu. Kalau melihat sesuatu atau membaca sesuatu yang dirasa kurang sreg, ada keinginan yang menggebu untuk menuliskan tanggapan. Beberapa kali juga aku tertarik untuk menulis cerita karena terlalu banyak membaca kumpulan cerita atau novel.

Ada yang tahu Puthut EA? Cerita-cerita yang beliau tulis itu dari kisah sebenarnya sederhana. Dan aku merasakan cerita-cerita beliau itu dekat dengan aku cuman memang dia menuliskannya dengan baik banget.

Jadi, kalau dia menceritakan cerita lucu seperti yang ada di buku Sastrawan Salah Pergaulan ya bisa membuatku terbahak-bahak. Kalau dia menuliskan cerita yang mengharukan seperti cerita "Ibu Pergi Ke Laut", aku sampai menangis membacanya. Ketika aku membaca kisah-kisah yang ditulis Puthut EA, ada rasa ingin menuliskan juga kisah-kisah menarik yang terjadi di sekitarku.

Tapi ya itu bukan hal yang mutlak juga. Kalau aku lagi rajin baca buku yang ditulis oleh Ibu Sisca Soewitomo, aku enggak serta merta jadi pingin menulis buku resep masakan atau menulis tips dan trik memasak membuat kue. Aku malah jadi pingin menghentikan catering mingguan dan beralih memasak makananku sendiri karena dibilangnya memasak itu mudah.

Waktu baca bukunya Mahfud Ikhwan yang berjudul Aku dan Film India Melawan Dunia, aku tidak terdorong untuk menulis. Aku malah ingin menghabiskan waktu dengan menonton film India. Padahal, tadinya aku memandang film India dengan sebelah mata.

Intinya sih, nggak semua buku yang kita baca itu mampu mendorong kita untuk menulis. Jadi, jangan memperrumit hidup orang yang suka membaca tetapi tidak suka menulis. Apalagi sampai menyuruh orang menjadi penjual buku kalau tidak memberi uang modal.

Lagi pula, bukan hanya penulis dan penjual buku yang harus suka membaca. Jadi guru, misalnya, itu harus menjadi pembaca buku yang setia. Apalagi menjadi guru TK atau guru SD yang berhadapan dengan murid-murid yang rasa ingin tahunya besar. Menjadi pekerja di pabrik pun harus mau membaca, kan? Masak enggak?

Nggak masalah kok orang suka membaca novel untuk hiburan. Membaca cerita lucu sebagai pelipur lara setelah dijahati oleh teman. Membaca sebagai pengantar tidur setelah melalui hari-hari yang melelahkan. Kadang, membaca cerita-cerita dalam buku itu bisa menawarkan sudut pandang yang lain daripada yang biasa kita lihat. Sehingga, kita bisa memperluas wawasan kita.

Misalnya, dengan membaca buku Astrofisika untuk Orang Sibuk kita dituntun oleh penulisnya untuk memaknai astrofisika secara lebih luas. Astrofisika bukan hanya ilmu untuk astronot maupun orang-orang yang bekerja sebagai ilmuwan astronomi. Kita sebagai manusia biasa, juga perlu tahu tentang ilmu astrofisika (sekadar tahu juga nggak apa-apa)sehingga kita bisa bersikap lebih kuat dan bijaksana dalam menghadapi permasalahan hidup. Tentang bagaimana hubungannya, silakan baca bukunya sendiri, yah.

Buat aku, membaca itu kemampuan dasar manusia masa kini. Enggak harus hobi membaca buku, tapi manusia harus mampu membaca dan memilah informasi yang bertebaran di dunia luna nyata maupun maya. Manusia harus mampu membaca kondisi lingkungan sekitarnya. Jangan lupa juga kepekaan untuk mampu membaca perasaan dan pikiran pasangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun