Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Wartawan, Jurnalisme, dan Blog

21 September 2019   22:37 Diperbarui: 21 September 2019   22:43 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adakah yang mengikuti pemberitaan tentang Livi Zheng di dunia maya? Aku baru tahu seseorang yang bernama Livi Zheng setelah membaca artikel tentang beliau yang ditulis sepanjang beberapa episode di geotimes.co.id.

Secara garis besar, tulisan-tulisan tersebut membantah klaim-klaim yang dilakukan oleh Livi Zheng di media arus utama. Apa saja klaim-klaim tersebut? Salah satunya adalah klaim bahwa film karya Livi Zheng ada yang menjadi nominasi Oscar dan bersaing dengan Avenger.

Aslinya, aku tidak tahu dan aku tidak peduli. Namun karena Livi Zheng banyak diperbincangkan orang di Twitter dan Facebook, aku jadi penasaran dengan beliaunya dan mulai menelusuri berita tentang dirinya.

Episode pertama dari tulisan tentang Livi Zheng di Geotimes mengajak pembacanya untuk mempertanyakan kembali berita-berita tentang Livi yang ditulis oleh media arus utama. Sumber dari berita media arus utama itu adalah Livi Zheng. Tentang bagaimana kebenarannya, ini yang kemudian dijadikan pertanyaan oleh penulisnya. Apakah Livi dan orang-orangnya berbohong? Siapa yang tahu.

Tirto.id dan asumsi.co kemudian ikut mengupas tentang Livi Zheng. Walaupun pada akhirnya, Livi merasa nama baiknya dicemarkan. Beliau kemudian membuat aduan ke dewan pers. 

Aku enggak bermaksud untuk menulis tentang masalah ini. Udah basi juga, menurutku. Orang-orang mungkin sudah bosan dan capek dengan hal ini. Sisi baiknya, banyak orang di Twitter yang berkata bahwa mereka belajar tentang jurnalisme dan perfilman dari kejadian ini. Termasuk aku.

Aku pun tiba-tiba teringat pada masalah ini karena aku baru saja selesai membaca buku yang ditulis almarhum Cak Rusdi Mathari yang berjudul "Karena Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan".

Buku yang diterbitkan oleh Buku Mojok tahun lalu ini berisi 38 judul essay tentang jurnalistik dan wartawan. Dunia yang digeluti oleh Cak Rusdi. Salah satu essaynya berjudul 'Wartawan dan Kebohongan'. Menurut Cak Rusdi, wartawan dan kebohongan adalah dua senyawa yang tidak boleh bersatu. Wartawan adalah profesi yang menuntut kejujuran dan keterusterangan dalam memperoleh dan memublikasi berita.

Salah satu bentu kebohongan wartawan, menurut Cak Rusdi, adalah menulis berita berdasarkan keterangan satu sumber, lalu ditulis seolah-olah merupakan hasil reportase si wartawan tanpa menyebutkan sumber asal-usul reportasenya. Dan ini yang, menurutku, membuat 'masalah' di berita-berita tentang Livi. 

Media arus utama membuat tulisan dari cerita-cerita Livi. Penulis di Geotimes membantah tulisan di media arus utama dan menuduh mereka membuat berita hanya dari satu sumber. Sedangkan Livi merasa tidak dilibatkan dalam artikel-artikel yang ditulis oleh tirto.id.

Tentang sumber berita ini, Cak Rusdi juga menuliskan essay berjudul 'Sumber Berita'. Di sana dituliskan bahwa kredibilitas sumber berita bukan segalanya. Yang lebih penting adalah akurasi dan verifikasi. Orang yang dianggap punya kredibilitas, belum tentu memiliki informasi yang akurat. Sebaliknya, orang yang dianggap tidak kredibel bisa saja memiliki akurasi yang tinggi. 

Buku ini bagus sekali untuk teman-teman yang sedang belajar menulis. Selain bercerita tentang sumber berita, ada juga essay yang bercerita tentang wawancara. Apa yang harus disiapkan ketika kita mau wawancara seseorang? Bagaimana sikap kita saat mewawancarai sumber sehingga informasi-informasi yang diperlukan bisa diperoleh?

Tidak harus menjadi wartawan untuk menulis reportase yang baik. Kanal-kanal jurnalis warga, seperti Kompasiana, sekarang sedang banyak berkembang. 

Bahkan, kita bisa menulis dalam blog yang kita bangun sendiri. Dalam buku ini juga diceritakan tentang Wael, seorang blogger yang mendapat Knight International Journalism Award. Artinya, jika dikerjakan dengan benar, blog pun bisa menjadi produk jurnalistik yang tidak kalah dengan koran.

Kita tidak bisa menafikkan bahwa banyak kepentingan yang ada sampai suatu berita muncul di media. Dan kita, kadang, sudah memberi asumsi sendiri pada berita yang dimuat di media massa. Karenanya, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap media juga semakin rendah. Lalu muncullah media alternatif, salah satunya blog.

Kembali ke cerita tentang Livi Zheng tadi, aku memang tidak melihat film terbarunya. Namun banyak orang yang berkomentar bahwa film itu tidak bagus. Bagus dan tidak itu sebenarnya relatif, ya. 

Yang kemudian menjadi pertanyaanku, kenapa sih semua orang bahas dia? Toh ada banyak sutradara yang filmnya dinilai nggak bagus. Mereka kemudian tenggelam dan akan muncul lagi ketika rilis film lagi.

Ada yang mengenal Salmafina Sunan? Dia kan bukan artis atau presenter atau apapun yang berkarya di TV kan ya? (plis kasih tahu aku kalau aku salah) Kenapa dia sering sekali muncul di berita infotainment -- di TV ataupun internet - ? Mulai dari dia cerai, lepas jilbab, pindah agama, sampai sedot lemak.

Kenapa media suka memberitakan tentang dirinya? Apakah karena Livi dan Salma dibicarakan oleh orang-orang di sosial media?

Cak Rusdi menuliskan dalam buku ini bahwa berita tidak bisa memilih dirinya sendiri untuk menjadi berita. Publik akan selalu menerima dan menganggap bahwa sesuatu adalah penting karena media telah memilihkannya untuk menjadi sesuatu yang penting.

Betul orang-orang di internet membicarakannya. Namun kalau media tidak menganggapnya penting dan tidak memberitakannya, Livi dan Salma mungkin tidak akan menjadi sepenting itu.

Aku berandai-andai, kalau Tirto tidak membuat tulisan-tulisan tentang Livi dan Metro TV tidak mengangkatnya dalam acara QnA mungkin nama Livi Zheng tidak akan seheboh kemarin. Mungkin orang hanya akan tahu bahwa filmnya pernah tayang di bioskop walaupun peminatnya kurang. Tentang apapun klaim yang dia buat, karyanya pasti akan lebih berbicara.

Mungkin kalau Salma tidak diberitakan oleh media, hidupnya tidak akan sedrama itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun