Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama FEATURED

Turunnya Kepercayaan Masyarakat terhadap Apotek

29 Juli 2019   13:47 Diperbarui: 19 Agustus 2019   12:37 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi obat-obatan| Sumber: Thinkstock

Dunia farmasi Indonesia dihebohkan dengan adanya sebuah Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang melakukan tindakan pengemasan ulang obat-obatan. Tidak tanggung-tanggung, PBF tersebut mengemas ulang obat-obat generik ke dalam kemasan obat-obat paten. Bahkan, mereka mengganti label tanggal kedaluwarsa yang ada di kemasan obat dengan tanggal kedaluwarsa yang lebih panjang.

Yang meresahkan, obat-obat yang disebut obat-obat palsu ini diedarkan oleh distributor resmi. Sebuah perusahaan Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang memiliki izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 

Di setiap akhir berita tentang obat palsu yang aku baca, pihak terkait selalu memberikan himbauan pada masyarakat untuk berhati-hati saat membeli obat dan meminta masyarakat untuk membeli obat di apotek resmi.

Masalahnya dalam kasus ini, yang membuat dan mengedarkan obat aspal (asli tapi palsu) ini bukan toko obat daring atau toko obat kecil pinggir jalan. Yang menjadi tersangka dalam kasus ini adalah distributor obat yang mengantongi izin resmi dari BPOM. Bagaimana lagi masyarakat harus berhati-hati supaya obat yang dibeli terjamin keasliannya?

Seorang teman, yang sedang bergantung dengan obat golongan kortikosteroid karena penyakit yang dideritanya jadi mengeluh panjang.

"Kalau memang dia ngejual obatnya sampai ke apotek-apotek besar, siapa lagi yang bisa aku percaya?" tanyanya. "Kenapa sih, ada orang yang tega berbuat seperti itu? Kenapa harus mempermainkan obat yang menyangkut hajat hidup orang banyak?"

Entah dia ini naif atau bagaimana. Pertanyaannya jelas tidak butuh dijawab. Karena obat itu menyangkut hajat hidup orang banyak, selalu dicari orang, makanya dia berani mengambil risiko besar untuk mendapatkan untung sebanyak-banyaknya.

Namun aku tidak menampik, pasti banyak masyarakat yang merasa waswas untuk membeli obat karena kasus ini. Masyarakat akan menurunkan kepercayaannya pada BPOM karena PBF yang bermasalah ini ternyata memiliki izin resmi. Masyarakat mungkin tidak akan dengan mudah percaya pada apotek karena katanya ada apotek besar yang juga mengambil obat di PBF ini.

ilustrasi obat (sumber gambar: hellosehat.com)
ilustrasi obat (sumber gambar: hellosehat.com)
Seorang teman yang bekerja di sebuah pabrik obat ternama mengatakan bahwa apotek sebaiknya membeli obat di PBF yang berada di bawah pabrik obat langsung. Namun perkataan ini segera dihardik oleh teman lain yang bekerja di PBF yang merupakan sub distributor (PBF mandiri yang tidak dinaungi oleh pabrik obat). Menurutnya, BPOM yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini. Jangan karena nila setitik kemudian rusak susu sebelanga.

Aku percaya, tidak semua PBF berani mengambil risiko sebesar itu untuk rupiah. Mungkin hanya PBF yang satu itu. Namun aku tidak menyalahkan BPOM yang sudah kecolongan. Toh nyatanya, banyak kasus obat palsu yang berhasil mereka bongkar selama ini. BPOM sudah berusaha keras, tapi mereka harus bekerja lebih keras dan lebih cerdas lagi.

Yang pasti, ini harus menjadi titik baru untuk Kementerian Kesehatan dan BPOM. Mereka harus meyakinkan semua orang bahwa ini obat bukan merupakan komoditas bisnis biasa. Mereka harus lebih keras lagi menegakkan aturan tentang distribusi obat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun