Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pondok Kelapa, dari Perkampungan Rumah Kelapa sampai Menjadi Kawasan Kuliner

22 Juli 2019   17:41 Diperbarui: 22 Juli 2019   17:46 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar:tempo.co

"Nyah, nanti makan di warung ayam ini yuk?" ajakku pada suamiku sore kemarin sambil menunjukkan akun instagram sebuah warung makan.

"Dimana?" tanyanya.

"Di Pondok Kelapa," jawabku. "Sebelahnya nasi goreng yang kita makan minggu lalu."

Suamiku mengangkat kedua alisnya.

"Nggak adakah tempat makan yang lebih jauh?" tanya suamiku.

Aku memanyunkan bibirku.

"Kita cari kontrakan di daerah sana aja, yuk," ajak suamiku dengan niat meledek. "Kayaknya kamu betah kalo tinggal di sana."

Aku mengacungkan kedua jempolku.

Pertama kali aku 'menjelajah' daerah Pondok Kelapa adalah lebaran tahun lalu ketika berkunjung ke rumah seorang kerabat. Ketika masuk ke Jalan Pondok Kelapa Raya, aku terkesan dengan banyaknya restoran yang ada di sepanjang jalan itu. Ketika mengedarkan pandangan ke kanan dan kiri jalan, mataku menangkap sebuah restoran nasi goreng yang terkenal di Bandung.

Di Bandung, restoran nasi goreng ini terkenal dengan kelezatan dan banyaknya variannya. Hampir 2 tahun lalu saat masih tinggal di Bandung, restoran nasi goreng ini memiliki beberapa cabang di Kota Kembang. Nampaknya, sekarang restoran ini mulai membangkan sayapnya walaupun baru di daerah Pondok Kelapa.

Minggu depannya, kami kembali lagi ke sana untuk makan malam di restoran nasi goreng itu. Ini hanya awal mula. Sejak itu, paling tidak sebulan sekali aku dan suami menyempatkan diri berkunjung ke sana. Kalau moodnya sedang baik juga. Dari tempatku tinggal di Bekasi Jaya, aku membutuhkan waktu paling tidak 30 menit untuk sampai ke sana. Belum kalau macet. Jadi, untuk ke sana itu aku membutuhkan niat dan tekad yang bulat selain dompet yang tebal.

Walau begitu, pengalaman berwisata kuliner ke Pondok Kelapa jelas menyenangkan. Semua makanan ada di sana. Mulai dari warung masakan rumahan seperti warteg atau rumah makan padang, bakso (mulai dari bakso Bendungan Hilir, Malang, Wonosari, sampai bakso Libanon ada lho), sate (mulai dari sate biasa sampai sate taichan), ayam dan bebek (dengan segala rupa olahannya), bakmi (mulai dari bakmi Aceh sampai bakmi Jogja), roti panggang (mulai yang biasa sampai yang spesial 4), sampai restoran besar semacam restoran pizza pun ada di sana.

Jalan Pondok Kelapa Raya sepertinya memang tujuan kuliner yang harus diperhitungkan di wilayah Jakarta Timur. Ketika malam tiba pun, tempat ini adalah tempat yang ramai dan gemerlap. Kalau melalui Jalan Pondok Kepala Raya, pasti tidak ada yang menyangka kalau daerah ini tadinya adalah perkampungan yang rumah-rumah warganya dibangun dari batang dan daun pohon kelapa.

Aku serius. Kalian memang tidak penasaran mengapa daerah ini bernama Pondok Kelapa? Ini penjelasan yang masuk akal, kan?

Bahkan, menurut buku '212 Asal Usul Djakarta Tempo Doeloe', sampai tahun 1994 tidak ada jaringan telekomunikasi yang 'mampir' ke daerah ini. Saat itu, ketika warga di daerah lain di Jakarta sudah memiliki telepon rumah, warga Pondok Kelapa tidak ada satu pun yang memiliki telepon rumah.

Lalu bagaimana Jalan Pondok Kelapa Raya ini bisa menjadi daerah yang dipenuhi restoran sekarang?

Ini terjadi sejak dibukanya Jalan Casablanca yang menghubungkan Jakarta Timur (Pondok Kelapa) dan Jakarta Selatan (Roxy). Sejak Jalan Casablanca resmi difungsikan, satu per satu muncul perumahan-perumahan di daerah Pondok Kelapa ini seperti perumahan Pondok Kelapa Indah, Pondok Kelapa Permai, Billy Moon, dan sebagainya. Daerah yang tadinya terbelakang secara infrastruktur kemudian berbenah seiring dengan mulai banyaknya penduduk yang tinggal di sana.

Lambat laun, usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mulai dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan tersier mulai bermunculan. Salah satu usaha yang berkembang di daerah ini adalah usaha kuliner. Satu demi satu restoran bermunculan menggantikan rumah tinggal yang ada di sepanjang jalan Pondok Kopi Raya. Hingga akhirnya hampir sepanjang jalan Pondok Kopi Raya berubah menjadi restoran dan cafe.

Jadi, kapan kita janjian di Pondok Kelapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun