Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Novel "Kekal" untuk Semesta yang Semestinya Lestari

22 April 2019   09:58 Diperbarui: 23 April 2019   13:19 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Tiga orang aktifis gerakan Save Ciharus menjadi sasaran mafia. Dua orang ditembak oleh orang misterius. Seorang yang bernama Nugi terbunuh dan seorang lagi bernama Tama terluka di bagian perutnya. Sedangkan Alit, sasaran yang masih bebas, mendapati teror di rumahnya. Seseorang memecahkan kaca jendela rumahnya, mengirimi surat peringatan yang dilampiri peluru, hingga paket berisi daging busuk.

Hal ini kemudian mendesaknya untuk melakukan perjalanan ke Sumatra. Dia ingin mencari bantuan pada teman-teman kakeknya yang juga pegiat lingkungan. Demi Ciharus yang harus tetap lestari, Alit meninggalkan rumahnya dan pacarnya di Bandung menuju ke Sumatra.

Di Sumatra, Alit melihat hal yang tidak jauh berbeda. Pak Murat, teman dari Kakek Alit, sedang menjadi buronan polisi karena dituduh mendalangi pembakaran hutan. Padahal itu hanyalah fitnah dari sebuah perusahaan perkebunan. Akhirnya, Alit membantu murid-murid Pak Murat untuk mendapatkan bukti yang menegaskan ketidak bersalahan Pak Murat. Selain itu, Pak Siam, teman Kakek Alit yang berada di Jambi pun menjadi target sasaran untuk 'dibungkam'.

Novel terbitan Buku Mojok yang terbaru ini mengisahkan tentang perjuangan seorang aktivis lingkungan. Kuliah yang terlantar, ditinggalkan oleh pacar, sampai nyawa yang terancam. Ini memang kisah fiksi, namun sepertinya berangkat dari kisah nyata.

Ada yang pernah mendengar tentang gerakan Save Ciharus?

Gerakan Save Ciharus secara masif dikampanyekan sejak 2015 lalu. Mereka mensosialisasi orang-orang yang berwisata dan berolahraga motor trail di kawasan cagar alam Kamojang dan melakukan upaya restorasi dengan memasang sekat sedimen di jalur trail untuk memulihkan sedimentasi tanah yang terjadi penggerusan jalur. Selain itu, mereka juga melakukan aksi bersih sampah.

Sayangnya, upaya mengkampanyekan kelestarian cagar alam yang digagas oleh Gerakan Save Ciharus ini justru 'diledek' oleh pemerintah dengan menurunkan status Cagar Alam Kamojang menjadi taman wisata alam dengan SK 25/KLHK/Setjen/ PLA/1/ 2018. Cerita selengkapnya bisa dibaca di sini, yah...

Dalam kisah 'Kekal' ini, Alit berupaya menemui orang-orang yang bisa mendukungnya untuk mendesak pemerintah mencabut SK 25 dan mengembalikan status Kamojang dan Papandayan menjadi Cagar Alam. Sayangnya, orang-orang yang ingin dimintai pertolongan pun mengalami permasalahan yang sama. Mereka dikriminalisasi dan menjadi sasaran target pembunuhan berencana.

Pesan yang ingin disampaikan penulis dalam buku ini jelas penting. Penulis ingin SK 25 dicabut dan kawasan Kamojang tetap menjadi cagar alam yang tidak disentuh oleh manusia. Kesan betapa beratnya menjadi pegiat lingkungan pun sampai padaku. Yang kurang bisa aku nikmati adalah jalan ceritanya.

Motivasi Alit untuk menyelamatkan Ciharus seharusnya bisa lebih digali lagi. Kakeknya yang ingin ada keturunannya menjadi pegiat lingkungan menurutku kurang kuat untuk menjadi alasan Alit membahayakan nyawanya demi menyelamatkan Ciharus. Perjalanan Alit yang terlalu banyak kebetulannya menjadi hal yang aku sayangkan. Jadi kurang greget aja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun