Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Muslihat Hakim Sarmin 11] Tabir yang Terbuka

19 April 2019   07:53 Diperbarui: 19 April 2019   08:13 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi diambil dari pxhere.com

Cerita bersambung ini diadaptasi dari naskah pertunjukan Agus Noor berjudul Hakim Sarmin

"Calm down, Komandan," kata dr. Putra begitu memasuki ruangan Pak Walikota. "Tidak perlu emosi dan terburu-buru. Kita punya cukup waktu untuk mengobrol sebelum terjadi pertumpahan darah."

Komandan Kuncoro, Pak Walikota, dan sekertarisnya terkejut dengan kemunculan dr. Putra. Secara otomatis Komandan Kuncoro mengarahkan moncong pistolnya ke dr. Putra. Pak Panjaitan menghembuskan nafas lega.

"Kita tidak sedang berperang kan, Komandan?" tanya dr. Putra dengan tenang sambil mengangkat tangannya. "Di tengah ancaman pikiran yang sedemikian mendesak, Anda justru mengangkat senjata. Tahu kah Anda, Komandan, kalau seribu tembakan tidak akan bisa membunuh pikiran?"

Dr. Putra berjalan mendekati Komandan Kuncoro tanpa gentar walaupun Komandan Kuncoro jelas-jelas mengacungkan pistol ke arahnya. Dr. Putra terus mendekati Komandan Kuncoro hingga moncong pistolnya tepat berada di kening dr. Putra. Semua orang terdiam dalam tegang.

"Turunkan pistolnya, Komandan," perintah Pak Walikota memecah kesunyian. "Sebelum menghancurkan kepalanya, saya ingin tahu pikiran jahat apa yang membuatnya ingin meracuni saya."

Perlahan walaupun dengan geram, Komandan Kuncoro menurunkan pistolnya.

"Anda benar-benar punya nyali, Dokter," kata Pak Walikota kemudian.

Secara mengejutkan, dr. Putra memukul keras tangan Komandan Kuncoro yang memegang pistol hingga pistolnya terlepas ke lantai. Dengan cepat dr. Putra mengambil pistol itu dan menodongkan ke Komandan Kuncoro, Pak Walikota, dan sekertaris walikota secara bergantian. Dr. Putra tertawa dengan penuh kemenangan.

"Punya nyali dan pintar memainkan strategi," kata Pak Walikota. "Anda adalah kombinasi yang sempurna untuk sebuah pengkhianatan. Seharusnya saya tidak menyelamatkan Anda."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun