Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sekolah Ibu, Bagaimana Kajian Latar Belakangnya?

30 Desember 2018   11:49 Diperbarui: 31 Desember 2018   07:34 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : radarbogor.id

Beberapa hari ini, banyak ribut-ribut di berbagai media tentang postingan Pak Wakil Bupati Kabupaten Bandung Barat, Pak Hengky Kurniawan, tentang didirikannya Sekolah Ibu. Mungkin beliau gerah juga dengan banyaknya komentar yang mempertanyakan postingan tersebut, Pak Hengky menambahkan sebuah catatan dalam postingannya (sembari menutup kolom komentarnya).

"Tidak ada yang menyalahkan ibu dalam kasus perceraian. Program sekolah ibu berhasil menekan angka perceraian di kota Bogor. Seperti yang Kang Bima sampaikan ke saya waktu study banding. Ibu-ibu yg tadinya menuntut cerai suaminya akhirnya menarik gugatan cerainya setelah mengikuti sekolah ibu. Tentu ini program baik yang bisa kita contoh. Pematerinya dari kalangan profesional, psikolog, dosen, profesor, polwan, wanita karier yg sukses. Dan program ini mendapatkan apresiasi dari Bapak Gubernur. Bila ada yg salah dalam pemahaman atau kurang berkenan, mohon dimaafkan," begitu katanya.

Aku rasa, Pak Hengky merasa ada yang salah dengan kalimatnya tapi beliau tidak tahu apa yang salah.

Begini ya, Pak Hengky, kalau mau klarifikasi tentang program kerja Bapak, coba tolong beritahu kami, apa yang melatar belakangi banyaknya warga Bapak yang bercerai. 

Untuk meluncurkan sebuah program, Bapak nggak cukup dengan latar belakang bahwa dari tanggal 5-30 November 2018 ada 244 kasus perceraian. Bulan sebelumnya seberapa banyak? Selama setahun bagaimana? Tahun sebelumnya apakah angka perceraian setinggi itu juga?

Bapak dan tim harus mengkaji, dan ini yang penting untuk disertakan dalam latar belakang mengapa program ini harus diluncurkan, apa yang menyebabkan perceraian? Apakah karena memang perempuan yang menikah ini masih manja? Tidak paham artinya berumah tangga dan masih merengek-rengek pada orangtuanya ketika punya masalah dengan suaminya? Apakah perempuan-perempuan yang menikah ini belum tahu cara merawat anak? Tidak bisa menyajikan gizi seimbang pada anak?

Yakin yang darurat untuk didirikan adalah sekolah ibu? Bukan sekolah bapak untuk pemuda-pemuda, yang mengajak anak gadis orang untuk menikah, supaya mereka bisa memimpin keluarga dengan baik?

Bapak bilang di Bogor, ibu-ibu yang tadinya menuntut cerai suaminya akhirnya menarik gugatan cerainya setelah mengikuti sekolah ibu. Apakah menurut Bapak, perceraian yang di Bogor itu sama kasusnya dengan perceraian yang terjadi di Bandung Barat, wilayah kekuasaan Pak Hengky? Dan Bapak tahu nggak, kenapa ibu-ibu di Bogor menuntut cerai suaminya?

Jangan-jangan mereka menuntut cerai karena sudah capek diperlakukan secara keras oleh suaminya, Pak. Atau mereka masih merasa hidup kekurangan tapi suaminya malah mau cari perempuan untuk dipoligami? Makanya ibu-ibu menuntut cerai suaminya. Wah, kalau sudah seperti itu, yang harus diberi pemahaman tentang berumah tangga kan para suami ini, Pak. Bukan ibu-ibu yang sudah mencapai batas kesabaran mereka.

Saya punya sedikit cerita untuk Bapak. Ini kejadian sekitar setahun yang lalu, saat saya mau pindah dari Bandung Barat (betul, Pak. Dulu saya sempat bermukim di wilayah Bapak). Cerita ini tentang Mira (Bapak jangan repot mencari siapa dia, karena ini nama samaran). Dia lima tahun lebih muda dari saya (Waktu itu usia saya 27 tahun dan Mira masih 22 tahun). Namun saat itu, dia sudah memiliki anak berusia 6 bulan.

Ketika saya pamitan mau pulang ke Jogja, Mira memeluk saya erat sekali. Itu adalah saat terakhir dia curhat dengan saya tentang kondiri rumah tangganya. Saya mendengar suara sesenggukan dari perempuan yang mendekap saya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun