Malam harinya, aku mendapat informasi bahwa pada hari Senin pagi akan diberlakukan tiket kertas. PT. KCI menghimbau pengguna jasa KRL untuk merencanakan kembali waktu perjalanannya.
"Fix deh, besok bangun jam 4.30," kata suamiku. "Aku berangkat habis solat subuh."
***
"Seperti himbauan KCI yang beredar di WhatsApp, saya berangkat dari rumah pukul 5.14, sampai stasiun pukul 5.23 kemudian lanjut mengantri. Yang saya alami, antrian berjalan cepat, satu loket terbuka. Disusul bukanya loket kedua, ketiga, sampai keempat. Tepat pukul 5.32 saya dapat tiket dan sudah berada di dalam KRL.
Saya tidak mau banyak bicara, tidak mau banyak protes, dan tidak mau ribut seperti orang-orang yang enggan mengantri lalu mencaci para petugas. Bukan kah harga tiket kertas ini Rp 3000 untuk tujuaan semua stasiun se Jabodetabek? Terimakasih KCI sudah memberikan transportasi yang murah dan nyaman di kantong ketika harga telor dan makanan di warung sudah naik."
Ini adalah status Facebook suamiku pagi ini.
Ketika suamiku turun dari motor pagi ini, antrian loket masih seperti antrian loket THB biasanya. Keluar dari gedung stasiun namun tidak terlalu jauh. Yah, gedung stasiun Bekasi selebar itu saja. Namun beberapa saat kemudian, saat aku memutar motor untuk pulang, antrian sudah memanjang hampir mencapai gerbang parkiran motor.
Luar biasa.
***
Melalui aplikasi Whatsapp, suamiku menceritakan adanya pengguna jasa KRL yang hampir memukul petugas stasiun karena pengguna jasa KRL tersebut tidak mau mengantri. Kendala transportasi di hari Senin yang sibuk dan orang-orang yang belum sempat sarapan sepertinya menjadi pasangan yang tepat untuk munculnya kericuhan bahkan sebelum matahari terbit.