Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Menjadi Tangguh di Jalanan Kota Bekasi

15 Juli 2018   13:52 Diperbarui: 15 Juli 2018   14:05 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nasional.harianterbit.com

Di Jalanan Kota Bekasi, semua orang ingin menguasai jalanan dan dia ingin memacu kendaraannya sampai kecepatan maksimal. Itu yang aku rasakan. Bahkan mobil SUV pun bisa bersikap seperti itu di jalanan kecil. Di gang perkampungan padat penduduk.

Lampu lalu lintas yang menghiasi tiap perempatan, di Bekasi betul-betul hanya lampu hiasan. Orang suka menerobos lampu merah setiap ada kesempatan. Tidak peduli nanti tiba-tiba ada yang lebih berhak menggunakan jalan itu. 

Awal aku berkendara di Bekasi, orang suka mengklakson dan memakiku yang diam santai saat lampu merah. Yang membuatku heran, itu kan lampu merah dan aku berhenti. Jadi di mana salahnya?

Lampu sen di kendaraan, rasanya juga hanya untuk asesoris kendaraan. Aku pernah menemui ada orang yang mengendarai motor di sebelah kiri dan menyalakan lampu sen kiri. Lalu tiba-tiba dia mak kluwer berbelok ke kanan dan membuat kaget pengendara yang ada di belakangnya. 

Pernah lagi aku mengendarai motor, sudah menyalakan lampu sen ke kanan dan berada di jalur kanan siap untuk berbelok ke sebuah toko, tiba-tiba ada motor yang menyalipku dari arah kanan. Jelas itu membuatku terkejut.

Orang-orangnya, tidak bisa disalahkan. Pengendara mobil yang berjalan di gang kecil perkampungan, bisa memaki pengendara motor yang diam di tepi pagar rumah orang. Padahal si pengendara motor sudah berhenti dan memberikan jalan untuk dia lewat.

Tidak semua pengendara motor seperti yang aku ceritakan tadi, sih. Tapi aku menemui banyak orang yang seperti itu. Kaki kanan dan kaki kiri sudah menjadi korban 'kejamnya' jalanan Kota Bekasi. Kaki kiri ditabrak motor yang tidak berhati-hati saat menerobos lampu merah dan kaki kanan ditabrak mobil melawan arah.

Ini belum termasuk kondisi jalanannya. Di beberapa ruas jalan utama memang jalanan bagus. Namun di beberapa jalan, termasuk di dekat rumahku, ada aspal yang tampak "patah", berlubang, dan sebenarnya agak berbahaya untuk dilalui.

Selama beberapa bulan aku mengalami gegar budaya. Namun itu tidak berlangsung lama. Sebab perlahan-lahan aku sudah mulai beradaptasi. Kalau ada yang mengklaksonku dan aku tidak bersalah, aku bisa mengklakson balik. Kalau ada yang memakiku di jalanan, aku bisa memaki balik. Sekali lagi, itu kalau aku memang tidak bersalah. Kalau memang bersalah ya aku minta maaf. Tapi kalau sudah minta maaf masih dimaki-maki, sepertinya aku harus melakukan sesuatu pada kendaraan orang itu.

NB: Aku menyimpan lama tulisan ini sebelum diunggah di Kompasiana. Aku teringat sebuah artikel yang "mengancam" orang yang merundung Bekasi. Dalam artikel tersebut meminta orang untuk berfikir panjang sebelum merundung Bekasi. Namun tulisan ini bukan rundungan. Menurutku, dan aku meyakini itu. Anggaplah ini kritikan untuk pengemudi di jalanan Kota Bekasi dan orang yang bertanggung jawab mengatur lalu lintas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun