Mohon tunggu...
Meisya Zahida
Meisya Zahida Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan penunggu hujan

Sejatinya hidup adalah perjuangan yang tak sudah-sudah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Esok Kutulis Lagi

9 April 2020   00:25 Diperbarui: 9 April 2020   00:24 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suatu malam, kala bulan sedang sabit aku memuja Engkau dengan kerinduan tak terandai. Pertanyaan-pertanyaan membatin, kesedihan membunuh semesta ingin. Pulauku yang kecil serasa bertolak menuju pulauMu, kerdillah aku, menjadi pengelana tak paham cuaca.

Suatu malam, detik berulang memangkas ingatan yang panjang. Hari-hari tersudahi seperti menyisir jembatan demi jembatan, aku tak pernah sampai, sedang Engkau terus melambai. Apakah keberadaan hanya akan teraba, ketika kompas waktu benar-benar tunduk dan menukik di pulauMu?

Suatu malam, aku tetap di sini. Menunggu kalimat sakti, huruf-huruf hijaiyah membaur bahasa latin, suara gaduh jadi hening. Kertas panjang terpancang ke udara, bukan meteor, bukan roket amerika, bukan juga bianglala.

Aku memeluk diri sendiri, menyembunyikan ketakutan tiada kendali, malamku yang dingin, malamku yang asing. Betapa malu, kusaksikan buku baru, mau tak mau esok kutulis lagi.

Madura, 09042020

Selamat menunaikan malam nisfu Sya'ban, kepada segenap kawan, maaf atas segala khilaf. (Meisya Zahida & Seluruh keluarga)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun