Suatu malam, kala bulan sedang sabit aku memuja Engkau dengan kerinduan tak terandai. Pertanyaan-pertanyaan membatin, kesedihan membunuh semesta ingin. Pulauku yang kecil serasa bertolak menuju pulauMu, kerdillah aku, menjadi pengelana tak paham cuaca.
Suatu malam, detik berulang memangkas ingatan yang panjang. Hari-hari tersudahi seperti menyisir jembatan demi jembatan, aku tak pernah sampai, sedang Engkau terus melambai. Apakah keberadaan hanya akan teraba, ketika kompas waktu benar-benar tunduk dan menukik di pulauMu?
Suatu malam, aku tetap di sini. Menunggu kalimat sakti, huruf-huruf hijaiyah membaur bahasa latin, suara gaduh jadi hening. Kertas panjang terpancang ke udara, bukan meteor, bukan roket amerika, bukan juga bianglala.
Aku memeluk diri sendiri, menyembunyikan ketakutan tiada kendali, malamku yang dingin, malamku yang asing. Betapa malu, kusaksikan buku baru, mau tak mau esok kutulis lagi.
Madura, 09042020
Selamat menunaikan malam nisfu Sya'ban, kepada segenap kawan, maaf atas segala khilaf. (Meisya Zahida & Seluruh keluarga)