Mohon tunggu...
Meisya Zahida
Meisya Zahida Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan penunggu hujan

Sejatinya hidup adalah perjuangan yang tak sudah-sudah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kota yang Lain

5 April 2020   07:14 Diperbarui: 5 April 2020   07:19 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Aku akan datang padamu sebagai hidup,
sebagai waktu yang selalu asing"

Ia menyeru hening
Ada kalimat selalu basah
Meminjam mimpi semalam
Di luar hujan turun
Tanda-tanda berjatuhan
"Engkaukah pujaan?"

Di langit, subuh menggantung
Para bidadari bergantian menerima wahyu
Buku-buku waktu
Sepanjang perjalanan berkelebat
Antara dua warna hitam dan putih

"Aku tak pernah ingin menghilangkan sebab,
karena perjumpaan adalah permulaan"

Ia menghirup udara
Memeluk dingin dengan air mata
Pagi yang buram
"Apa kabar engkau di sana?"

Hanya kesiur angin
Kejauhan tak terpandang
Rindu tiada berkesudahan

"Biarlah waktu mencari jawab, kotamu
dan kotaku tetaplah khatulistiwa meski
tak bernama"

Madura, 05042020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun