Mohon tunggu...
Meistra Budiasa
Meistra Budiasa Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati Budaya dan Media

Dosen Komunikasi, Universitas Bung Karno, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kelas Menengah dan Konsumsi dalam Olahraga Lari Marathon

30 November 2017   09:43 Diperbarui: 30 November 2017   10:21 3107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
thejakartamarathon.com

Dengan logika industri tersebut masyarakat dikesankan tidak memiliki waktu luang, hingga pada akhirnya media massa lewat iklan menampilkan promosi=promosi produk kesehatan atau media mengkonstruksikan aktifitas olahraga dengan kebugaran maka secara otomatis masyarakat memiliki konsep imaji yang sama mengenai pentingnya olahraga tersebut. Dari sini kemudian pemaknaan olahraga di komodifikasi dalam berbagai bentuk sehingga berakhir dengan bertumbuhnya konsumerisme.

b).  Budaya Konsumsi.

Kajian mengenai konsumsi pada dasarnya selalu dimulai dari pengakuan atas fakta bahwa konsumsi diproduksi secara massal membentuk dimensi vital bagi ekonomi yang kapitalistik. Konsumsi merupakan mata rantai terakhir dalam rangkaian aktivitas ekonomi tempat berubahnya modal dalam bentuk uang, menjadi bentuk komoditas melalui proses produksi material. 

Berbicara mengenai konsumsi maka kita harus melihat bahwa budaya konsumsi merupakan aktivitas yang bersifat ganda antara konsumsi dan iklan. Ini kemudian menjadi alat untuk membangun identitas individu serta identifikasi sosial kita dalam menempatkan diri kita di kelompok sosial dalam masyarakat, dan mengevaluasi posisi sosial orang lain dengan demikian identitas, melalui konsumsi mendapat respon terhadap pemasaran. David Chaney kemudian menambahkan bagaimana konsumsi itu berkaitan dengan kondisi waktu luang karena konsumsi adalah suatu proses perubahan yang secara historis dikonstruksi secara sosial (2008: 60). 

Budaya konsumen sangat penting dan relevan bila dikaitkan dengan waktu luang karena pada era modern menjadi afiliasi sosial dari gaya hidup. Era baru dari budaya konsumen menurut Chaney adalah ditandai dan dilembagakannya pusat-pusat perbelanjaan. Secara historis Chaney dalam "lifestyle" mengungkapkan bagaimana ruang-ruang publik di Eropa sejak lahirnya revolusi industri dipenuhi dengan aktifitas-aktifitas konsumsi yang terlembagakan dan ini mencapai puncakanya pada abad 20, karena kegiatan konsumsi dikaitkan dengan aktifitas waktu luang. Waktu luang tersebut termanifestasikan dengan pembukaan industri baru hiburan massa antara lain, bioskop, perkembangan radio dan televisi, fotografi populer, musik pop, games, dan lain sebagainya. 

Hal ini kemudian yang mengembangkan budaya konsumsi ke industri waktu luang, karena keduanya sangat berdekatan dan memiliki keterhubungan sebab memperkuat kehadiran masyaraka konsumer. Industri waktu luang karenanya sama saja dengan bentuk-bentuk benda konsumsi lainnya karena mereka memamerkan karakteristik struktural yang sama dalam hal persyaratan standardisasi metropolitan yang dilengkapi dengan konsumsi terprivatisasi, bahkan sering bersifat domestik (2008: 159).

C). Kelas Sosial Bourdieu

Kelas sosial dalam pandangan Pierre Bourdieu tidak bersandar kepada pemikiran -- pemikiran historis atau ekonomi politik semata, melainkan kepada praktek -- praktek kelas yang meliputi selera, cara berpakaian, dan beragam pilihan sosial dalam kehidupan sehari -- hari.  Bagi Bourdieu kelas-kelas sosial khususnya kelas intelektual dan kelas atas melestarikan kehidupan sosialnya secara lintas generasi ke generasi (1984:179). Apabila dirunut dari terminologi Bourdieu seperti yang telah dijelaskan di atas maka bisa ditarik kesimpulan bahwa meski orang-orang boleh jadi berlokasi dalam ruang sosial yang sama, kita mungkin dapat membaca habitus kelas yang beragam dengan merujuk pada gagasan kelas sosial, yakni dengan merujuk pada sejarah individu dan sejarah kelompok.  

Konsep Bourdieu mengenai kelas cenderung mengarah kepada sebuah selera dan status yang dimiliki oleh kelas tertentu dan melalui modal maka kelas tersebut memiliki ketertarikan terhadap sesuatu. Dengan dukungan ranah (field) ketertarikannya tersebut kemudian dapat menjadi sebuah legitimasi bagi kelas teretentu. 

Sebagai contoh, bagaimana selera kelas atas dalam menikmati program televisi di mana mereka cenderung menyimak acara yang bertemakan sastra atau kebudayaan dibanding kelompok kelas bawah yang menonton program televisi hanya sebagai hiburan dan menyukai program yang ringan. Dengan demikian konsep kelas dalam pandangan Bourdieu cenderung kepada modal untuk memandang atau mekonstruksi posisi sosial. 

Pada penelitian ini penulis akan menggunakan kajian Bourdieu tersebut khususnya untuk melihat bagaimana kelompok kelas menengah perkotaan mengkonstruksikan dirinya dalam mengikuti perlombaan lari marathon. Konstruksi dirinya itu berhubungan dengam aksesoris lari yang mereka gunakan dalam event perlombaan marathon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun