Mohon tunggu...
Meishiana Tirtana
Meishiana Tirtana Mohon Tunggu... Penulis - Writing is part of my life.

Media Relations Team

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Keadaan Sosial Politik Melalui Pameran Lukisan Seruni bersama SoD UPH

6 Februari 2017   16:11 Diperbarui: 6 Februari 2017   16:29 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setiyoko Hadi Melukis Karya 'Anak Emas' untuk Menggambarkan Keadaan Masyarakat Papua yang Hidup Di Tengah Industri Pertambangan Emas

Komunitas SERUNI (Seni Rupa Kristen Indonesia) bekerjasama dengan School of Design (SoD) UPH kembali menggelar pameran karya lukisan bertema ‘Ketika Aku’ di Galeri Gedung B lantai 1, Kampus UPH Karawaci, yang akan berlangsung selama satu minggu ke depan,  dari tanggal 6-11 Februari 2017. Pameran ini merupakan agenda rutin SoD yang diadakan setiap semester sejak 2013, dan tahun ini sudah memasuki pameran kedelapan.

Tema ‘Ketika Aku’ sendiri merupakan tema yang diusung untuk menggambarkan carut marut keadaan sosial politik yang justru hadir karena adanya permainan isu agama dalam kontestasi legitimasi kekuasaan.  Keadaan dimana banyak pihak di dunia ini mengejar keberuntungan material, dan mengabaikan orang-orang yang menjadi korban ketamakan mereka. Melalui karyanya, SERUNI ingin menyampaikan bahwa sesungguhnya ukuran kerohanian seseorang diukur melalui kepekaan mereka dalam meresponi penderitaan atas ketidakberuntungan mereka dalam kehidupan. Selain itu melalui karyanya SERUNI ingin kembali menyadarkan bahwa pusat dari segalanya adalah Yesus, bahkan dalam Matius 25:35 Yesus sendiri merepresentasikan dirinya sebagai sesama kita yang tidak beruntung.

Salah satu karya yang ditampilkan milik Setioko Hadi berjudul ‘Anak Emas’ menggambarkan situasi kondisi masyarakat Papua di tengah  tambang emas Freeport. Lukisannya bergambarkan 12 wajah anak Papua bersama koin-koin mata uang beragam negara, beserta seorang ibu yang masih menggunakan pakaian tradisional papua sambil menggendong anak, dengan latar belakang tambang Freeport yang dilukis terbalik.

 Latar belakang Freeport terbalik ini menggambarkan adanya ketidakwajaran dari kondisi di sana. Kemudian 12 wajah anak Papua yang berada di antara koin mata uang beragam negara menggambarkan adanya pertarungan antara kepentingan lokal masyarakat Papua dengan kepentingan Industri dan kepentingan uang.

 Kemudian gambar seorang ibu yang menggendong anak sebagai simbol kasih sayang ditampilkan lebih menonjol di lukisan itu  untuk menggambarkan adanya perjuangan dari masyarakat lokal Papua di garda depan. Setioko juga menambahkan dari sisi rohani, lukisan ini disimbolkan dengan 12 wajah anak Papua, angka 12 disini mengacu pada jumlah murid Yesus, dan gambar seorang ibu menggendong anak sebagai simbol Maria Ibu Yesus. Untuk judul ‘Anak Emas’ memiliki dua pengertian disini, pertama anak-anak yang hidup di lingkungan pertambangan emas, dan kedua mengingatkan bahwa semua manusia, termasuk anak-anak ini, adalah anak emas dari Allah sendiri.

Tidak hanya menjelaskan arti dari lukisannya, Setioko juga memberikan pandangan bahwa kondisi apapun di dunia termasuk keadaan sosial politik saat ini yang dihadapi Indonesia menjadi sumber inspirasi para seniman untuk mengeskpresikannya melalui karya seni.

“Melalui karya seni yang kami buat ini, kami ingin penyampaikan suatu pesan. Tentunya sebagai seniman kami merasa puas ketika karya seni kami dapat dimengerti oleh penikmat. Kemudian ketika karya seni ini dimengerti, kami berharap lukisan ini mampu mengubah cara pandang orang yang melihat, mampu memberi masukkan dan pencerahan bagi orang sekitar, dan meningkatkan kepekaan seseorang untuk menyadari keadaan sekitar,” ungkap Setioko.

Selain Setioko, Daniel salah satu pelukis SERUNI juga menceritakan lukisannya yang berjudul ‘KasihNya untuk Semua’. Melalui lukisannya ia menggambarkan pluralisme Indonesia melalui simbol-simbol budaya seperti baju daerah yang dikenakan orang-orang yang sedang berpegangan tangan dan berkumpul, kemudian juga adanya rumah-rumah adat, yang digambarkan untuk  semakin menekankan keragaman Indonesia.

Daniel Perupa yang Melukis Karya 'KasihNya untuk Semua', Menggambarkan Pluralisme Indonesia yang Harus Dijaga Bersama
Daniel Perupa yang Melukis Karya 'KasihNya untuk Semua', Menggambarkan Pluralisme Indonesia yang Harus Dijaga Bersama
“Pesan yang ingin disampaikan sederhana saja, yaitu mengenai pluralism atau keragaman Indonesia yang kini mulai memudar. Kekayaan budaya Indonesia mulai hilang tergantikan kepentingan-kepentingan yang bahkan mengatasnamakan kepentingan agama,” jelas Daniel.

Dengan lukisannya Daniel ingin mengingatkan kembali bahwa Indonesia memang terdiri dari beragam suku dan budaya, dan Yesus menjadi fokus dan sumber kasih untuk menyatukan semua orang, semua suku, dan kalangan, tanpa membeda-bedakan. Perbedaan itu indah dan seharusnya menjadi kekuatan bangsa Indonesia.

Melalui 17 karya seni yang dipamerkan ini SERUNI berharap agar kehadirannya mampu memberikan sumbangsih dalam menolong kita bersama untuk berdialog serta menikmati makna reflektif yang hampir tenggelam oleh kegaduhan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun