Mohon tunggu...
Anik Meilinda
Anik Meilinda Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat air putih

Hamba Allah yang ingin bermanfaat bagi semesta.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

5 Tips Tetap Waras Selama Pandemi

9 Maret 2021   09:58 Diperbarui: 9 Maret 2021   16:25 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustration by Anik Meilinda

Sebagai pelaku sejarah pandemi corona (covid 19), aku ingin berbagi kisah kepada kalian. Semenjak kuliah di Salatiga, tinggalah aku di sebuah pesantren yang rata-rata santrinya juga mengenyam pendidikan di perguruan tinggi Islam dekat sini. Sudah hampir empat tahun, aku menjadikannya rumah dan keluarga baru. Mulai dari jumlah santrinya masih kisaran cepek sampe sekarang mendekati gopek.

Selama ini, aku dihadapkan dalam kedaan dimana kekurangan waktu gabut. Lalu semenjak pondokku menerapkan karantina. Waktu gabutku melonjak drastis. Ya walaupun tetep ada beberapa tugas. Tapi, pandemi ini benar-benar mengubahku. Anak yang biasanya kelayapan, pergi pagi pulang petang, dipaksa betah work from home dan kuliah daring.

Sudah terbiasa dengan berbagai tuntutan dan kegiatan di lapangan yang membuat kulitku belang, lalu dipaksa gak kemana-mana, membuatku sedikit kelimpungan. Aku jadi lebih banyak diem di kamar. Topik seperti jati diri, dan kepikian ketidaksempurnaan diri, yang biasanya tidak terlintas, menjadi hadir dan sukses membuatku over thinking sepanjang hari. 

Beberapa hal yang coba aku lakukan untuk mengatasainya adalah dengan mulai dengerin podcast yang sebelumnya cuma aku list di note, baca buku yang ada di wish list, tidur tepat waktu, sedikit olahraga, dan bercengkrama dengan anak kamar.

Awalnya rada aneh. Tapi juga ada manis-manisnya gitu. Nagih. Trus, project yang online malah banyak yang ketunda karena banyakan mager dan tenggelam di beberapa hal yang membuang-buang waktu. Misalnya, karena santai gak mau kemana-mana, nyuci baju yang biasanya bisa setengah jam aja, jadi berjam-jam karena sambil cerita ngalor ngidul.

Januari sampai Februari akhir tahun lalu, kegiatanku masih sama. Kuliah masih normal, masih bisa KKN (Kuliah Kerja Nyata) dengan tenang. Kehidupan mulai berubah sejak pertengahan Maret. Di saat project majalah pondok lagi semangat-semangatnya digarap. Alhamdulillah, sebelum pesantren mengerluarkan keputusan untuk karantina dan membatasi mobilitas santrinya. Sore itu, tim sempat pergi ke luar kota untuk melengkapi beberapa data.

Ada aja pelajaran baru yang bisa aku ambil dari rutinitas baruku ini. Nah, kali ini aku bakal share beberapa ilmu yang aku dapat dari baca-baca artikel dan dengerin podcast, tentunya bermanfaat banget buat aku, dan semoga faedah juga buat kalian.

Btw aku bukan psikolog  atau  influencer. "Aku adalah manusia biasa yang tak sempurna dan kadang salah". Bisa ngga kalau bacanya jangan sambil nyanyi. Haha. Kebetulan aku belajar  tentang How to manage stress? Dan sekarang ingin aku bagi ke kalian juga ilmunya.

  • Berhenti menyalahkan keadaan
  • "Bersama kita teguh, bercerai kita  runtuh". Jadi, ngga ada lagi yang perlu disalahkan, apalagi keadaan. Renungkanlah kebaikan-kebaikan Tuhan yang telah dianugerahkan secara gratis kepada kita. Sebenarnya, tidak ada keadaan yang salah. Di balik semua keadaan-keadaan itu, pasti ada hikmah yang mengagumkan.  Termasuk pandemi ini.
  • Do what you want 
  • Sebelum adanya pandemi dan WFH. Kerap kali kita tidak sempat merawat diri dan bahkan mengenal diri sendiri. Aku sendiri, jadi sempet make masker wajah. Intinya, lakukan saja keinginan-keinginanmu. Misalnya, fungirling-an atau nonton drakor. Tak apa.
  • Setting expectation 
  • Mulai mengubah ekspektasi tentang apapun. Banyak hal yang mau tidak mau harus berubah  karena pandemi. Sesederhana rapat ramai-ramai, jadi rapat online. Tidak perlu memaksakan kehendak tentang apapun, semuanya sedang belajar menyesuaikan diri. Sesungguhnya berdamai dengan diri sendiri memang tidak mudah. Tapi, aku yakin kita bisa mengusahakannya.
  • Do a little act of kindness
  • Walaupun dibatasi mobilitasnya, kita masih bisa bermobilitas dengan santuy di dunia maya kok. Trus yang aku maksud little act, contohnya ya seperti share info tentang yang baik-baik di ig story misalnya. Sedangkan kindness yang aku maksud tak melulu ke manusia atau hewan, melainkan juga ke alam. Misalnya, mulai mengedukasi diri untuk bijak mengolah sampah pribadi. Ya, walaupun dampaknya tidak langsung dirasakan.
  • Be more gratefull
  • Menjadi bagian dari semesta memang tidak akan lepas dari segela konflik dan intriknya. Termasuk menghadapi berbagai permasalahan. Nah, mengurangi pikiran negatif dan mengubahnya menjadi positif adalah koendji. Dengan begitu, kita akan lebih mampu bersahabat dengan kenyataan, lalu berujung pada rasa syukur. Ingatlah, Tuhan tidak akan memberi cobaan selain sesuai kemampuan hamba-Nya.

Sebagai penutup, aku hanya akan berdoa semoga kita senantiasa dianugerahi nikmat sehat dan syukur yang berlimpah. Sehingga, hidup kita bisa memiliki makna, setidaknya untuk bahagia dan berbagi kebahagiaan. Salam hangat dari Kota Toleransi, Salatiga.

Kritik dan saran bisa dm ke Ig @meilindanik  atau email meilindanik@gmail.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun