Mohon tunggu...
Anik Meilinda
Anik Meilinda Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat air putih

Hamba Allah yang ingin bermanfaat bagi semesta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Secuil Potret Wisuda Si Sarjana Pandemi

31 Desember 2020   09:34 Diperbarui: 31 Desember 2020   10:10 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akibat pandemi Covid-19 di muka bumi ini, sekolah dan perguruan tinggi terpaksa melaksanakan wisuda secara daring. Momen wisuda yang seharusnya menjadi puncak kebahagian atas keberhasilan menyelesaikan masa pendidikan, menjadi kurang sempurna akibat bertamunya Covid-19.

Momen yang biasanya khidmat dan penuh haru, sebagian berubah menjadi santuy nan konyol. Seperti kemarin, saat aku terpaksa berperan sebagai pendamping wisuda. Ketika temanku wisuda di tanah rantau, dan belum punya pendamping. Hash

Di kamar asrama yang tak begitu luas, aku menyaksikan potret dua temanku mengikuti prosesi wisuda dengan santuy. Potret wisuda yang khidmat, ternyata bisa disambi menyantap bubur, ngobrol, dan video call-an. Bahkan satu temanku menyempatkan tidur. "Aku ngantuk i, kudu merem sek pokokke (Aku ngantuk nih, harus memejamkan mata dulu pokoknya)," celetuknya sembari meletakkan badan dan kepala di lantai tanpa alas. Coba aja kalau wisudanya di kampus, mana ada yang sempet bobok di kala Pak Rektor sambutan, Hyung.

Di saat aku menyaksikan ke-ndagel-an kedua temanku di depan mata, aku sempatkan melihat story Whatsapp. Tak disangka dan tak diduga, masih banyak kelakuan yang lebih keren nan unik dibanding hanya sekedar rebahan atau makan di tengah prosesi wisuda. 

Seperti yang dilakukan salah satu wisudawan, yang ketika aku analisis dari warna toganya, ia adalah mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) di kampusku. Di video itu, seorang mas-mas mengenakan toga di dalam mobil yang sedang berjalan mengangkut barang berkarung-karung. Cerdasnya lagi, ia menempelkan satu hp juga di kaca mobilnya untuk mengikuti prosesi wisuda.

Menurutku, ia adalah pejuang sarjana pandemi yang sesungguhnya. "Cari duit di masa pandemi ini gak gampang, Lur. Eman-eman wektuku yen kudu nglegakke wisuda ning omah, trus bolos kerjo. Nak iso disambi, kenopo ora? (Sayang waktuku, jika harus menyempatkan wisuda di rumah, lalu bolos kerja. Kalau bisa disambi kenapa tidak?" Barangkali pikirnya begitu. Doaku bersamamu, Mas. Njenengan pancen ngeten (sembari mengacungkan 2 jempol tangan diiringi senyum termanis). Semangat makaryo ya.

Selain keunikan saat prosesi wisuda. Sarjana pandemi juga kudu kuat dihadapkan dengan keadaan dimana sektor ekonomi sedang tidak baik-baik saja. Apalagi persaingan di bursa kerja semakin uwuw untuk diungkapkan. Kecuali satu hal. Menggunakan jalur orang dalam. Upsss.

Tapi, di balik ini semua. Aku yakin, ada masa depan cerah untuk kita semua. Anggap saja kelapangan hati dan ikhtiar kita sekarang adalah bagian dari proses meruwat diri dari kesialan. Hati dan otak kita diajak untuk banyak bersahabat dengan apa-apa yang di depan mata, saling support, dan pandai melihat peluang. Ya, walaupun kadang masih ada keluh kesah yang keluar dari lidah ini, gak papa.

O iya, baru saja aku mendapatkan wejangan dari guru ngajiku di asrama. "Jangan sampai salah niat dalam mencari ilmu. Orang disebut berilmu, tidak sampai hanya pada tataran pengetahuan saja. Namun, bagaimana kita bisa mengamalkan dan menjiwai, bahwa sesungguhnya semua itu semata-mata bagian dari taqwa dan mendapatkan ridho-Nya."

Disebut sarjana pandemi tak apa, buktikan bahwa kita gak baperan, kuat, kreatif dan pastinya recommended dijadikan mantu. Hash

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun