Mohon tunggu...
Meilawati Indah Ramadhani
Meilawati Indah Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - @meilawt_ir

Pendidikan Sosiologi A; Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dilema Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19

28 Juni 2021   16:13 Diperbarui: 29 Juni 2021   12:46 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagaimana diketahui bahwasannya dunia saat ini tengah dilanda wabah COVID-19, sebuah penyakit yang pertama kali muncul di Wuhan, China awal Desember 2019 (Lie et al, 2020). Setelah China, diikuti Italia dengan jumlah kasus tertinggi sejauh ini (Gandolfini et al., 2020). 

Penyakit ini pertama menyerang sistem pernafasan manusia dan menunjukkan beberapa gejala di tubuh orang yang terjangkit, diantaranya demam, batuk kering, kelelahan, dan gejala sistemik lainnya (Chen et al., 2020). Penyakit yang menular dengan cepat ini mendesak setiap pemimpin negara untuk mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menekan penyebaran wabah COVID-19 agar tidak semakin meluas.

Beberapa negara memberlakukan lockdown dan work from home supaya wabah tersebut segera berhenti meskipun harus mengorbankan beberapa. Ada juga beberapa negara seperti Indonesia yang memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) per wilayah tergantung tingkat keparahan wabah (Muhyiddin, 2020). 

Harapannya masyarakat tidak berkumpul untuk sementara waktu. Alhasil metode ini berhasil di beberapa negara, akan tetapi metode tersebut tidak efektif di beberapa negara lainnya, karena kurangnya kesadaran masy kat akan mengikuti protokol kesehatan. 

Hal ini berlaku di Indonesia yang mana masih banyak masyarakat yang kurang mempedulikan dampak COVID-19 Akibatnya memaksa pemerintah mengeluarkan kebijakan baru, yaitu new normal, sebuah kebijakan dimana masyarakat hidup kembali ke kondisi semula dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan dipandu secara terpusat oleh Kementerian Kesehatan RI (Telaumbanua, 2020).

Rencana ini pun menjadi kontroversial, banyak masyarakat yang tidak setuju dengan kebijakan ini, namun tidak sedikit pula yang mendukung Kebijakan pembatasan sosial yang lebih dulu diterapkan bisa dibilang kurang efisien dikarenakan menghambat aktivitas di berbagai sektor Dengan melihat data yang dilansir detik.com (2020) jumlah penambahan pasien terjangkit COVID-19 kurang lebih 1.000 orang di setiap harinya, jawabannya sangat jelas bahwasannya mengganti kebijakan ke new normal bukanlah keputusan yang tepat.

Lantas bagaimana jika melihat sektor pendidikan kita? Pertama hal yang utama sebelum penerapan kebijakan new normal adalah sosialisasi protokol kesehatan secara eksplisit. Dalam dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi, pemenuhan protokol kesehatan ini sangatlah krusial dikarenakan universitas merupakan tempat di mana berkumpulnya banyak peserta didik dari berbagai daerah, sehingga resiko penyebaran COVID-19 sangatlah besar. 

Sedangkan sebagaimana kita ketahui bahwa mempersiapkan peserta didik agar selalu terbiasa menerapkan protokol kesehatan dalam kegiatan sehari-hari bukanlah hal yang mudah. 

Untuk itu, perlu adanya sinergi kerja antara pimpinan tertinggi sampai tingkat paling bawah sehingga protokol kesehatan ini dapat benar-benar dijalankan dengan baik. Hal ini ditujukan agar nantinya saat new normal tidak memerlukan satgas COVID-19 yang selalu mengontrol perilaku peserta didik.

Karena pandemi COVID-19 yang tak kunjung usai, didasarkan pada surat edaran pemerintah Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus Corona, maka Belajar dari Rumah (BDR) dilaksanakan melalui pembelajaran daring (dalam jaringan).Sebagai warga negara yang baik,kita tentu harus menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang diambil oleh pemerintah.

Penerapan pola pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh tentu sangat berbeda dengan pembelajaran tatap muka.Oleh karena itu,semua pihak,baik siswa, guru, maupun orang tua harus bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru saat pandemi ini. Pola belajar jarak jauh menuntut teknologi yang mumpuni untuk menciptakan suasana belajaryang baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara sempurna.Dalam pelaksanaannya, pola belajar jarak jauh membutuhkan kerja sama antara pihak sekolah dan orangtua dirumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun