Mohon tunggu...
My_idea (Meidya Putri)
My_idea (Meidya Putri) Mohon Tunggu... Dosen - menulis untuk berbagi opini, Ilmu, pengalaman, pemikiran dan apa saja yang bermanfaat untuk kebaikan.

Staf Keuangan dan Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Mahmud Yunus Batusangkar - Sumatera Barat Penggiat Pasar Modal Syariah, fokus utama Keilmuan: Ekonomi dan Keuangan Syariah Menyukai Dunia kepenulisan baik untuk artikel bebas, riset/ penelitian Ilmiah dan Public Speaking.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendekatan Apik untuk Meneladani Sekaligus Meraih Cinta Rasulullah

11 Oktober 2022   21:08 Diperbarui: 11 Oktober 2022   21:15 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nabi Muhammad adalah kekasihnya Allah SWT. Kemuliaan dan keteladanannya menjadi kompas kehidupan umat manusia khususnya umat muslim diseluruh dunia. Kelahiran Baginda Rasulullah SAW adalah sejarah besar dalam perjalanan Islam di muka bumi.

Sangat wajar bila setiap tanggal 12 Rabi'ul awal banyak ditemukan perayaan, acara dan perlombaan dalam rangka mengingat kembali sosok pahlawan agama, Nabi Muhammad SAW dengan segala keagungan dan kesempurnaannya.

Banyak pendekatan yang dapat dilakukan oleh seseorang dalam meneladani kepribadian Rasulullah SAW dalam kehidupannya. Tentu, apapun pendekatan yang digunakan disesuaikan dengan karunia dan kemampuan yang Allah berikan. Namun bukan berarti kita mudah merasa cukup ketika mampu melakukan suatu Sunnah nabi. 

Lalu, apakah kita boleh memaksakan diri untuk mengikuti Sunnah sementara kondisi kita belum mampu memenuhi syaratnya? masing masing kita mungkin punya jawaban yang berbeda. 

Misalkan saja, salah satu yg dicontohkan Rasulullah adalah puasa Senin dan Kamis. Seseorang yg ingin sekali melakukan amalan ini, ternyata secara medis disarankan untuk tidak berpuasa. 

Bagaimana kira kira jika memaksakan puasa dengan konsekuensi tidak baik untuk kesehatan ? Tentu pendekatan yang seperti ini tentu terbatas bagi beberapa golongan saja. Begitu juga dengan kebaikan lainnya yang dicontohkan Nabi. 

Adanya ladang kebaikan yang sangat luas menjadikan manusia leluasa untuk memilih kebaikan apa yang mampu ia amalkan sesuai dengan teladan yang dicontohkan Rasulullah SAW. 

Tentu saja, setiap orang mengutamakan kebaikan sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka, kemampuan, keyakinan serta kemurahan hati untuk meneladani Rasulullah SAW. 

Terkadang sebagian orang belum memahami dengan sempurna semua teladan yang Nabi contohkan. Terkadang sudah mengetahui, tapi karena ego dan bisikan syetan jadinya enggan saja untuk mengamalkan. . 

Maka adakah pendekatan untuk meneladani Rasulullah SAW yang termasuk amalan mudah bagi semua orang tanpa batasan usia, kemampuan materi ataupun strata sosial? 

Menurut saya, Ada satu pendekatan yang sangat ajaib dan ampuh untuk meneladani Rasulullah SAW. pendekatan itu bernama Pendekatan lisan (sholawat). Ya, pendekatan ini bisa dilakukan semua orang selama dia masih mampu berbicara. Sekalipun ada yang tidak mampu berbicara, sholawat juga bisa didengar dan diucapkan dalam hati. Anak-anak, orang dewasa, orang tua pun bisa mengucapkannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun