Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Terakhir

18 September 2021   00:03 Diperbarui: 18 September 2021   00:08 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sobat, ini puisi terakhir dariku. Untukmu. Maafkan aku yang telah jemu. Merangkai narasi, hanya bayang semu. Yang kuharap adalah sesaat dalam temu.  

Sobat, ini puisi terakhir yang terpampang. Aksara-aksara telah bosan saling silang. Kata-kata telah menghilang. Tenggelam bersama lautan rasa yang bimbang, hanyut bersama gelombang. 

Diksi-diksi telah habis kupilih. Mungkin saatnya kita beralih. Meninggalkan diksi menjadi kenangan, meskipun pedih. Tenanglah. Kepedihan pasti berangsur pulih. 

Sobat, biarlah puisi ini menjadi yang terakhir. Hidup kita pasti akan berakhir. Tetapi, puisi-puisi, selalu hadir. Meskipun hanya sebait syair.  

Dia akan terus hadir dan takkan berakhir. Karena puisi terlahir untuk menjadi abadi, sampai dunia berakhir. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun