Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Toxic Positivity: Maksud Baik yang Menjadi Racun

9 Agustus 2021   21:01 Diperbarui: 10 Agustus 2021   09:09 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokpri || Definisi: alodokter.com

Tanpa kita sadari, maksud kita yang baik dan positif  bisa menjadi racun bagi orang lain.

Ternyata tak semua yang kita pikir baik, selalu baik-baik saja. Yah, itu saya sadari ketika mempelajari istilah yang menjadi salah satu topik pilihan kompasiana.com: Toxic Positivity.

Apa itu toxic positivity? 

Merujuk situs Alodokter, dalam artikel berjudul "Mengenal Lebih Jauh tentang Toxic Positivity", dijelaskan bahwa toxic positivity adalah kondisi ketika seseorang menuntut dirinya sendiri atau orang lain untuk selalu berpikir dan bersikap positif serta menolak emosi negatif.

Artikel tersebut memberi penjelasan lanjut bahwa melihat suatu hal dengan positif memang baik, tapi jika dibarengi dengan menghindari emosi negatif, hal ini justru dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental. 

Seseorang yang terjebak dalam toxic positivity akan terus berusaha menghindari emosi negatif, seperti sedih, marah, atau kecewa, dari suatu hal yang terjadi. Padahal, emosi negatif juga penting untuk dirasakan dan diekspresikan.

Lebih lanjut disebutkan bahwa penyangkalan emosi negatif yang terus dilakukan dalam jangka panjang bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan mental, seperti stres berat, cemas atau sedih yang berkepanjangan, gangguan tidur, penyalahgunaan obat terlarang.

Waduh! ternyata persoalan toxic positivity bukan masalah yang bisa dianggap sepele. Yah, jika kita perhatikan dampaknya seperti penjelasan Alodokter di atas, maka tak semestinya hal ini kita anggap sebagai masalah sepele. 

Namun demikian, jangankan menganggap masalah ini sebagai masalah sepele, untuk menyadari bahwa hal ini adalah masalah merupakan suatu hal yang sulit.

Mengapa kita sulit menyadari bahwa kita telah membuat masalah dengan melakukan toxic positivity?

Hal ini disebabkan karena tindakan yang kita lakukan dilatarbelakangi oleh maksud baik atau maksud positif. Nah, yang namanya baik atau kebaikan sulit mau disalahkan. Bahkan sesuatu yang salahpun, jika kita mempersepsikan hal tersebut sebagai hal yang baik maka jangan harap kita sendiri akan menyebutnya sebagai suatu hal yang salah.

Seperti apa wujud toxic positivity itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun