Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Elegi kepada Luisa

12 Mei 2021   10:45 Diperbarui: 12 Mei 2021   10:51 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Luisa, bukan sekedar aksara tanpa makna. Luisa adalah lukisan tentang pribadi pejuang. Pejuang yang menerobos lorong waktu yang tiada menentu.

Luisa, sekian purnama bertabur suka dan derita telah engkau nikmati. Jejak-jejak juang telah engkau lukis di lintasan sang waktu.

Nyanyian peluhmu masih sayup terdengar ketika jejak-jejakmu kami telusuri, dan dia bercerita tentang hidup yang harus diperjuangkan.

Jejak bekas titisan air mata masih terukir diantara jejak-jejak langkahmu. Jejak itu bercerita tentang kesabaran, ketabahan dan kesetiaan dalam jerih juangmu.

Luisa,di ujung jalanannya, jejak-jejak langkah tersiram merah darah, melukis gambaran siksa derita manusia fana yang berusaha bertahan hidup, bukan untuk dirinya, tetapi untuk orang-orang yang dia cintai. Orang-orang yang wajib terucap di setiap doa yang kau ucapkan kepada Sang Khalik.

Luisa, di ujung lintasan juangmu, kidung elegi pertanda duka menggema, diiring musik air mata. Elegi kepada perempuan pejuang yang  penyabar, pengasih dan pendamai, yang kini terbaring kaku tak berdaya.

Luisa, kita tak bisa bertegur sapa lagi. Engkau telah mengakhiri juangmu, gerbang keabadian telah menyambutmu. Nikmatilah senangmu di negeri di awan sana, negeri langit di atas langit. Di sana tak ada sakit lagi. Di sana negeri kekekalan.

Di akhir kidung elegi  terungkap asa: "Tuhan, ijinkan Luisa hidup, meskipun hanya dalam kenangan. Kepada jerih juang, kepada kesabaran dan kesetiaan, kepada kedamaian dan iman. Sebab kenangan kepada orang benar, mendatangkan berkat".

Selamat menuju keabadian, Istri, Mama, Oma, Kakak, Saudara, Sahabat kami, Luisa "Nona" Tinangon

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun