Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pasir yang Dihempas Gelombang dan Gula yang Kehilangan Wujud

29 Oktober 2020   23:05 Diperbarui: 29 Oktober 2020   23:08 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: instagram.com/sasmintoandik

Aku melihat kumpulan pasir di tepi pantai. Indah saling berpelukan. Saling mencumbu. Berkisah tentang harmoni kebersamaan.  Lalu, datanglah segerombol ombak, menggoyahkan sebuah harmoni.  Mereka tak mampu menahan pelukan. Lalu pasrah pada perpisahan. Merelakan kepergian.  

Sambil menatap pasir di tepi pantai dan ombak yang menderanya.  Kuambil segelas air hangat, kucampurkan sesendok gula lalu mengaduknya. Sang gula akhirnya kehilangan wujud.  Luruh.  Terciptalah kisah romansa tentang cinta dan pengorbanan.  Air menghisapnya,  namun dia tersenyum manis. Semanis rasa yang ditinggalkannya. 

Sebab untuk sebuah pengorbanan dia diciptakan. Untuk sebuah rasa dia ada. Kini, tinggalah mereka dalam sebuah harmoni ikatan cinta yang tak terpisah. Pun ketika kuhabiskan segelas air gula. Mereka hilang dari pandangan, tapi masih tersisa rasa dan juga makna ..... yang abadi... 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun