Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Napas yang Tak Sampai ke Hidung dan Hilangnya Bait-bait Syair

18 Oktober 2020   23:10 Diperbarui: 18 Oktober 2020   23:45 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari-hari terakhir ini, sang waktu begitu tersiksa. Air mata menetes di setiap detaknya.  
Kesibukan menjadi buas dan rakus. Dihancurkannya jam dinding, hingga kehilangan irama detak-detak waktu.
Dikunyahlah almanak, tak peduli hitam, hijau dan merah. Semuanya dilahap.  Tanggal-tanggal tak ada yang tertinggal. 

Napas tak sampai ke hidung. Tak cukup waktu untuk sebuah tarikan napas di atas kasur, sekedar melepas lelah.
Tak cukup untuk menyanyikan rangkaian nada kemesraan.
Jam, menit dan detik tak cukup untuk melukis karya. Sibuk, terus melangkah di jalan yang tak berujung.
Tak ada waktu menengok ke sebuah tempat dimana saban hari aksara saling berpelukan. Merajut kata dan bahasa.
Membingkai makna dalam sejuta bait syair tentang kehidupan, cinta dan keabadian. 

Bait-bait syair itu akhirnya hilang karena napas yang tak sampai ke hidung
Dan, akupun kehilangan... 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun