Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak yang Dirangkai oleh Peluh dan Air Mata

8 Oktober 2020   21:57 Diperbarui: 8 Oktober 2020   22:03 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku bukan pujangga
Hanya seorang yang memanggang daging
supaya terbuka pintu pori
lalu peluh menetes
membasahi secarik kertas
Secarik saja, tak lebih

Setetes demi setetes membasahi
Mencumbu pori-pori kertas
Lalu peluh-peluh itu memeluk aksara  
mencipta kata dengan tarian diksi  
tanpa peduli undang-undang  
Yang dia tahu hanyalah mengalir 

Terkadang aksara dan kata
dirangkai oleh tetesan air mata
lalu dikisahkanlah kisah pilu dan lara
tentang  yatim-piatu yang mencari ayah bunda,
atau insan yang kehilangan cinta
atau negeri yang sedang berduka
atau bumi yang sedang menangis 

Terkadang, air mata itu merangkai kisah haru
tentang rumput yang tumbuh dari himpitan bebatuan
atau bunga yang hampir layu, segar tersiram hujan
atau insan yang mengucap maaf dan saling memaafkan
atau negeri yang berseteru, berikrar damai di perempatan 

Peluh dan air mata itu
berkisah kepada kawan,
lalu kawan kepada kawan
Bahwa tiada karya tanpa pengorbanan
meskipun hanya setetes peluh atau air mata
Setetes saja, untuk sebuah makna

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun