Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sepasang Sutradara, Sejuta Lakon, dan Sebuah Panggung Kebersamaan

5 Oktober 2020   07:34 Diperbarui: 5 Oktober 2020   07:41 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

#SajakUntukKomunitas

Panggung sandiwara itu kemarin ricuh. Lakon-lakon tak terkendali. Menari semaunya, senandung tanpa harmoni, narasi-narasi meluap tak terkendali. Judul-judul tak beraturan, tak jelas judul apa yang dipentaskan. 

Lakon-lakon kacau di panggung kebersamaan. Para protagonis kehilangan watak baik, ksatria, dan pahlawan. Para antagonis semakin egois sambil menyulut api. Menebar narasi bohong, fitnah serta kebencian. 

Para tritagonis kehilangan kesabaran dan kebijaksanaan. Panggung sandiwara bergoncang digoyang gempa sejuta lakon egois. Lalu hancur, tersisa puing-puing sisa keangkuhan lakon-lakon yang kesurupan. 

Di antara puing-puing itu,  sepasang sutradara, lelaki dan perempuan, terluka oleh panggung sandiwara yang hancur. Sepasang sutradara menangis sambil berpelukan. Menyobek naskah-naskah pemicu kehancuran. Menyadari kisah cinta yang hancur karena ego insan di balik layar dan lakon di atas panggung. 

Di malam yang sendu, sejuta pelakon terharu. Berdiri mengelilingi sepasang sutradara, lalu memapah sepasang sejoli itu. Semua menangis dan saling berpelukan. Lalu menyalakan api komitmen.

istockphoto.com 
istockphoto.com 

Pagi hari tersenyum, di keesokan hari. Puing-puing panggung sandiwara kebersamaan dibangun kembali dengan fondasi cinta. Sepasang sutradara asyik bercinta dan melahirkan naskah berjudul "kemesraan di panggung penuh warna".  Satu judul saja untuk sejuta pelakon.

Lalu mulailah pentas baru di panggung kebersamaan. Sejuta lakon, sejuta warna, dalam satu panggung. Hanya satu panggung, kebersamaan. Sepasang sutradara itu hidup didalam penjiwaan sejuta lakon.

Sepasang sutradara itu bernama emosi dan rasio. Hati dan pikiran. Cinta dan logika. Selaras dalam sebuah naskah berjudul "kemesraan di panggung penuh warna"

Mari saksikan, mari lakonkan, mari gelorakan...

***

#Salamkomunitas

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun